Selasa, 31 Juli 2012

KETENANGAN DAN KEJERNIHAN BATIN



SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PEMBACA SEMUA
KETENANGAN DAN KEJERNIHAN BATIN

Keadaan dunia sekarang tidak sama dengan keadaannya setengah abad yang lalu. Gagasan mengenai kebaikan dan kejahatan berubah dengan cepat, sikap moral terus menerus perubahan dan pandangan umum manusia sangatlah berbeda.

Kita hidup dalam era yang serba sibuk dan terburu – buru. Ketegangan terasa dimana – mana. Jika anda berdiri di sudut sebuah jalan yang ramai dan sibuk, cobalah amati dengan seksama wajah –wajah orang yang berlalu – lalang melewati anda dengan keadaan yang tergesa – gesa. Anda akan melihat bahwa sebagian besar katakanlah 80 % dari mereka sedang merasa gelisah. Mereka membawa suasana stress dalam dirinya. Kebanyakan dari mereka kelihatan sibuk dan cemas. Jarang sekali anda melihat ketenangan dan kesejukkan pada wajah – wajah mereka itu. Demikianlah keadaan dunia modern.
Dunia sekarang ini ditandai dengan begitu banyaknya ketergesa – gesaan yang menimbulkan pengambilan keputusan yang cepat dan tindakan yang ceroboh. Beberapa orang berteriak saat mereka bisa berbicara dengan nada suara yang normal, yang lainnya berbicara dengan berapi – api untuk waktu yang lama dan mengakhiri suatu percakapan setelah hampir kelelahan. Luapan rangsangan apa pun adalah bentuk stress dalam pengertian ahli fisiologi, dan stress menimbulkan percepatan dalam proses jasmani. 

 Gb. Orang membentak marah
Orang yang sedang mengendarai kendaraan bermotor tidak jarang yang menjadi cemas, resah ketika melihat lampu hijau menjadi kuning. Manusia resah itu menganggap peristiwa lampu itu seperti suatu krisis atau ancaman baginya. Hasilnya adalah orang itu merasa cemas dan tidak bahagia.

 Gb. Orang Cemas

Keistimewaan lain dari dunia modern adalah kebisingannya. “Musik memiliki daya pesona” kata mereka dan bagi kebanyakkan orang sekarang. Musik telah menjadi teman kebisingannya. Semakin keras kebisingannya, semakin hebat musik itu bagi mereka. Mereka yang tinggal di kota – kota besar tidak memiliki waktu untuk memikirkan kebisingannya itu, mereka telah terkondisi dan terbiasa dengannya. Kebisingan, stress dan ketegangan ini telah menimbulkan banyak kerugian melalui berbagai macam penyakit – penyakit jantung, kanker, lambung, ketegangan saraf dan insomnia (penyakit susah tidur). 



 

Kebanyakan penyakit kita disebabkan oleh kecemasan, ketegangan syaraf, tekanan ekonomi dan kegelisahan emosi – semua itu adalah hasil dari kehidupan modern.

Kelelahan jiwa kita semakin meningkat dengan semakin cepatnya hidup kita. Orang yang sering kali pulang ke rumah setelah bekerja dengan perasaan cemas. Sebagai akibat konsentrasi mereka menjadi lemah dan efisiensi jasmani dan rohani mereka menjadi semakin rendah. Orang menjadi mudah tersinggung dan cepat menemukan kesalahan dan terlibat dalam suatu perselisihan. Ia menjadi salah konsentrasi dan merasa nyeri, sakit, menderita darah tinggi dan sulit tidur. Gejala – gejala kelelahan mental ini jelas menunjukkan bahwa tubuh dan jiwa orang modern butuh istirahat – istirahat semaksimal mungkin.

Dalam ilmu psikologi, untuk menenangkan pikiran disarankan kita menghindari dari tempat – tempat bising atau penuh keramaian dan kesibukan, dan menghindari pikiran dari kesibukan hidup mutlak untuk menjaga kesehatan mental kita. Kapan pun kita sempat, cobalah pergi ke luar kota dan melakukan perenungan dengan tenang. Ketenangan dan keheningan itu sangat berguna bagi kita. Belajarlah untuk mengamati keheningan. Tidak benar jika membayangkan bahwa yang berkuasa adalah mereka yang ribut, banyak cakap dan sibuk bicara. Ingat Diam adalah emas, dan kita berbicara hanya ketika kita bisa meningkatkan keheningan. Energi kreatif terbesar dalam bekerja adalah keheningan. Penting untuk mengamati keheningan.
Contoh: setiap orang mulai dari anak – anak sampai dewasa ketika mereka ada ujian akhir sekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, disadari atau tidak disadari, di tempat mereka ujian akan di pampang tulisan: HARAP TENANG ADA UJIAN. Maksud tulisan itu adalah menciptakan suasana tenang dan hening supaya orang yang ujian bisa berkonsentrasi. Andai pada saat itu anda melakukan orasi, teriak – teriak, membuat gaduh, pasti anda akan di usir karena dianggap mengganggu ketenangan dan keheningan dari orang yang ujian. Anda pasti dianggap pengganggu.

Jadi dari contoh diatas anda pembaca tentunya bisa mengerti dan paham bahwa tidak dengan teriak – teriak apalagi dengan menggunakan pengeras suara, anda akan dapat keheningan atau kemudahan dalam konsentrasi.

Percaya atau tidak percaya bahwa sebagian besar kalau tidak boleh seluruhnya  para ahli pikir, orang – orang bijak, orang – orang pilihan seperti brahmana, pendeta, pandhito, nabi, rasul dalam agama dan sosial kemasyarakatan mereka mendapatkan wahyu, petunjuk, wangsit, atau apapun namanya lewat Perenungan dalam Keheningan. Proses perenungan atau keheningan yang mereka lakukan bisa disebut: Meditasi, yoga, samadhi, semedi, tahanut, I’tikaf, bertapa, topo atau sebutan lainnya. Tujuan mereka hanya satu menciptakan suasana keheningan. Dalam keheningan dia bisa berpikir jernih, bersih dan tidak terkotori pikirannya. Singkatnya, dengan keheningan akan mudah menciptakan titik konsentrasi. Tempat mereka melakukan perenungan pasti berada di tempat – tempat sepi, jauh dari keramaian dan kebisingan manusia umum seperti di gua – gua, hutan – hutan  , dan gunung – gunung yang terpenting jauh dari kebisingan. 

 Gb. Orang meditasi

Dari keterangan diatas apakah anda pembaca bisa menemukan contoh nyata dalam sejarah atau kisah kisah dari orang – orang yang anda kagumi, hormati, sanjung, puja, atau di idolakan (istilah anak muda), bahwa orang itu mendapat petunjuk atau wahyu itu dalam bersemedi, meditasi, tahanut di dalam gua, hutan, dan gunung?

Bila anda jawab “YA” berarti anda telah meningkat pengetahuan anda. Sekarang arahkan pikiran anda untuk mengamati lebih dalam pada  orang yang bersemedi, meditasi  atau tahanut. Untuk lebih komunikatif kata meditasi kami ganti dengan merenung.

Sekarang jawab beberapa pertanyaan berikut:
1.            Mengapa ia merenung?
2.            Dimana ia merenung?
3.            Kapan ia merenung?
4.            Apa yang ia ucapkan dalam merenung?
         Apakah do’a – do’a, apakah mantra – mantra?
5.            Untuk apa ia merenung?
6.            Siapa yang merenung?

Bila anda sudah bisa menjawab berarti sudah semakin meningkat pola pikir anda. Sekarang mari kita analisa satu persatu pertanyaan diatas.

1.      Mengapa ia merenung?
Tentunya ada satu hal yang berlawanan (konflik) dengan apa yang ada di dalam pikiran pelaku dengan yang diluar pikiran pelaku misal: keadaan yang ada di masyarakat. Disini pikiran pelaku kontradiksi dengan yang ada dipikiran luar pelaku atau di masyarakat. Contoh: di suatu masyarakat satu kelompok bersenang – senang / foya – foya sementara di satu kelompok hidup susah. Ada orang yang mengamatinya yaitu pelaku yang merenung. Pikiran si perenung pasti bertanya – tanya kenapa, mengapa orang – orang tidak memikir yang lain, satu susah satu senang. Untuk mencari jalan keluarnya si perenung melakukan perenungan supaya mendapat petunjuk atau arahan cara untuk mengatasinya.

2.      Dimana ia merenung?
Tentu saja si perenung mencari tempat yang sepi, hening supaya mudah mendapatkan petunjuk atau ilham. Sehingga tidak terganggu oleh kebisingan masyarakat yang berfoya – foya. Si perenung mencari tempat dalam gua, hutan, gunung, atau tepi pantai. Si perenung dapat ketenangan pikiran terlebih dahulu dan terus waspada mengamati yang ada dipikirannya.

3.      Kapan ia merenung?
Waktu perenungan bisa sesuai dengan si perenung sendiri, tapi secara umum keheningan itu ada di malam hari. Kenapa? Karena dimalam hari tenang, tidak terlalu gaduh, binatang malam mulai berbunyi menambah mantap keheningannya secara alami. Dalam dunia ilmu frekwensi gelombang, gelombang di malam hari lebih jernih dan baik untuk  memancarkan siaran lewat  radio, televisi, atau alat komunikasi lainnya. Maka tak heran jika malam hari itu baik untuk merenung. Di masyarakat kita kenal dengan istilah renungan suci, renungan malam. Semua dilakukan di malam hari khusunya tengah malam.

4.      Apa yang ia ucapkan dalam merenung? Apakah doa – doa apakah  mantra – mantra?
Pertanyaan ini sangat pelik dan sensitive. Karena menyangkut masalah istilah doa’a atau mantra, pasti sudah di kotak kotak menurut keyakinan atau pegangan hidup yang orang  miliki sekarang. Kelompok A pasti tidak mau menggunakan cara atau do’a kelompok B, sedang kelompok B tidak akan mau menggunakan seperti kelompok A.  dan itu juga berlaku dengan kelompok C, D, atau sampai Z sekalipun. Pasti tidak mau.
Sekarang, mari kita analisa secara jernih. Adanya do’a – do’a atau mantra – mantra itu berasal dari kitab atau buku – buku suci dari kelompok masing – masing. Kitab atau buku – buku suci itu merupakan hasil kumpulan dari petunjuk, ilham, wangsit atau wahyu dari si perenung selama melakukan perenungan. Selama menerima panggilan “suci” atau wahyu, ilham, wangsit hasilnya ditulis  dalam buku yang akhirnya dianggap sebagai “kitab suci”. Isi kitab suci itu meliputi do’a – do’a atau mantra – mantra petunjuk – petunjuk lain yang harus diyakini dan di jalankan oleh pengikut kelompok tersebut.
Kini kita kembali ke pertanyaan : Apa yang ia ucapkan dalam merenung? Apakah do’a atau mantra seperti yang ada di buku – buku suci yang dianut pengikutnya sekarang? Jawabnya : “TIDAK”.
Kenapa? Karena do’a atau mantra yang ada di buku suci itu hasil dari si perenung saat dia merenung. Sehingga sebelum dia mendapatkan hasil dari perenungan itu yang namanya do’a  atau mantra  atau petunjuk yang ada dibuku suci itu belum ada.

Coba pahami lebih dalam dan renungkan jawaban diatas!

Tentu saja si perenung mengucapkan atau bahkan tidak mengucapkan apa – apa. Kalaupun mengucap pasti sekitar apa yang ia renungkan dengan menggunakan bahasa si perenung sendiri. Bisa bahasa Arab, Indonesia, Pali, Sansekerta, Persia, Inggris, Mexico,  Afrika bahkan bisa jadi Bahasa Jawa, atau Cina sesuai dengan bahasa asli si perenung sendiri. Andai si perenung mengucap pasti sekitar permasalahan yang direnungkan. Misal:
“ ………….. mengapa masyarakat hidup begini? Harus bagaimana mengatasinya? Aku harus bagaimana?  Semoga aku mendapat petunjuk untuk mengatasinya . Biar masyarakat menjadi hidup tentram dan damai………”

Kalimat diatas tentunya diucapkan dalam batin si perenung sambil terus menerus berkonsentrasi agar bisa mendapatkan jalan  pemecahan persoalan yang ada di masyarakatnya.

Karena dalam perenungan bukan ucapan yang diutamakan tapi niat yang kuat didalam pikiran itu sendiri. Dengan demikian anda pembaca tidak perlu berdebat mengenai apa ucapan atau do’a yang dipakai dalam proses merenung, tapi konsentrasikan atau pusatkan  pikiran anda pada tujuan utama untuk merenung.

5.      Untuk apa ia merenung?
Tentunya ia merenung untuk tujuan sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran si perenung. Semisal seperti contoh dalam ucapan di proses merenung (no. 4) “ ………Biar masyarkat menjadi tentram dan damai …………”
Tentunya perenungan tujuannya untuk kearah kebaikan dan bukan untuk arah kejahatan dalam hidup sehari –hari.

6.      Siapa yang merenung?
Tentu saja orang yang melakukan perenungan dulunya adalah para ahli pikir, tokoh – tokoh, orang – orang bijak, orang – orang besar seperti brahmana, pendeta, avatar, arahat, nabi, rasul dan lain sebagainya. Mereka adalah orang yang berjiwa besar, berwawasan luas, dan manusiawi. Pasti orang yang merenung adalah orang bijak. Bukan orang - orang yang suka kekerasan atau permusuhan sesama umat manusia dalam hal perkara – perkara yang tidak terlalu penting untuk kedamaian dan ketentraman hidup, seperti yang sering terjadi di masyarakat kita saat ini.

Setelah anda pembaca memahami paparan diatas, kami penulis yakin bahwa anda sekarang  menjadi orang yang lebih bijak dan mau berbuat baik untuk kesejahteraan dan kedamaian umat manusia di dunia ini tanpa berprasangka buruk pada  pihak lain meski agama, suku, adat istiadat berbeda.


 
“SILENCE IS GOLDEN, SPEECH IS SILVER “
“ DIAM ADALAH EMAS, BICARA ADALAH PERAK”

“THERE IS TIME TO TALK, THERE IS TIME TO SILENCE”
“ ADA WAKTU BICARA, ADA WAKTU DIAM “

“CONTROL YOUR MIND TO BE CALM “
“ARAHKAN PIKIRANMU AGAR TENANG “



Tidak ada komentar:

Posting Komentar