Rabu, 01 Agustus 2012

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN


SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PARA PEMBACA.
KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN


Karena keberhasilan seseorang adalah hasil deri usaha kerasnya. Maka ajaran moral yang perlu ditanamkan kepada generasi muda sekarang adalah:

·        All wealth is the product of labour.
Semua kemakmuran (kesejahteraaan) adalah hasil dari kerja (usaha)

Maknanya:
Kemakmuran (kesejahteraan) tidaklah datang dengan sendirinya melainkan dari usaha (kerja) keras yang orang lakukan. Maka bila orang ingin makmur harus berusaha dengan sungguh sungguh agar cita –citanya tercapai.

Inilah satu ajaran moral yang berguna untuk nation character building.

All wealth is the product of labour.
Semua kemakmuran (kesejahteraaan) adalah hasil dari kerja (usaha)

Kadang dalam hidup manusia selalu dihantui oleh rasa ketakutan ataupun kekhawatiran akan kegagalan usahanya. Rasa khawatir yang berlebihan didalam jiwa seseorang akan menimbulkan efek negatif terhadap orang itu sendiri. Ketakutan akan kegagalan dalam berusaha itulah yang menjadi penghalang.
Namun sebagai manusia yang beradab dan apalagi mengakui kebesaran Tuhan, maka sifat khawatir, ragu ataupun bimbang perlu di hilangkan dalam diri kita ini. Keberhasilan ataupun keberuntungan tidak ada orang yang mengetahuinya, hal ini sesuai dengan peribahasa:

·        You never know your luck
Nasib orang siapa tahu.

Maknanya:
Berusahalah terus dengan penuh ketekunan dan harapan, siapa tahu akhirnya dikaruniai nasib baik itu.

Penjelasan:
Berbicara  nasib kadang orang sudah menyerah dengan apa yang telah diusahakan walaupun itu sebenarnya belum maksimal. Mereka pasrah dengan keberadaannya sekarang, tetapi semestinya orang tahu bahwa apa yang ada didunia ini pasti tidaklah kekal abadi selamanya. Semua yang ada ini akan selalu berubah dan berubah. Hal ini sesuai dengan peribahasa:
·        Times change
Zaman berubah.

Maknanya:
Segala sesuatu itu pasti ada perubahannya. Sehingga itu perlu dimengerti dan dipahami bahwa hidup inipun selalu ada perubahan dan pergantian. Belum tentu orang yang hidup enak ataupun kecukupan selalu merasa bahagia. Belum tentu pula orang yang hidup sengsara selalu merasa sedih dan merana. Semua yang ada didunia ini akan berubah bila waktunya telah tiba.

Bagaimana cara kita untuk menyiasati waktu?
Waktu terus berjalan sementara kita mungkin hanya menunggu dan menunggu, maka janganlah terkejut bila kita kehilangan atau ketinggalan dengan waktu yang ada itu. Ini sesuai dengan peribahasa:

Time and tide wait for no man.
Waktu dan air pasang tidaklah menunggu siapapun juga.

Maknanya:
Jika orang ingin berhasil, maka manfaatkanlah waktu (peluang) yang ada dengan baik. Jangan membuang peluang yang ada. Sekali anda membuang waktu atau peluang yang ada, maka jangan harap peluang itu akan datang lagi kapada anda. Ingat waktu berlalu dengan gerak kecepatannya sendiri tak seorangpun mampu (kuasa) untuk mengulur – ulur atau mempercepat.
Contoh:
Suatu hari anda mempunyai kesempatan untuk bekerja disuatu tempat, tetapi karena anda merasa tidak cocok, karena alasan letaknya jauh ataupun gaji awalnya sedikit maka anda membiarkan kesempatan kerja di tempat tersebut berlalu. Anda menunggu kesempatan yang lain dari tempat lain. Ini akan bisa berakibat fatal pada semangat diri anda sendiri. Sikap menunggu anda itulah yang akan merugikan diri anda sendiri.  
Sebaiknya orang harus memiliki sikap / prinsip seperti peribahasa:

A bird in the hand is worth two in the bush.
Seekor burung di tangan lebih berharga dari pada dua di semak belukar.

Maknanya:
Lebih baik memperoleh satu, yang sekarang sudah ada, dari pada dua dimasa yang akan datang, yang belum tentu akan ada. Yang sekarang sudah diperoleh, walaupun hanya sedikit, adalah lebih baik dari pada mengharapkan banyak di masa mendatang, akan tetapi belum tentu pasti untuk dapat diperoleh.
Inilah satu ajaran moral yang berguna untuk nation character building.

A bird in the hand is worth two in the bush.
Seekor burung di tangan lebih berharga dari pada dua di semak belukar.


Kelemahan dasar dari masyarakat sekarang ini sering berpikir secara instant (langsung ada jadi) sehingga mereka cenderung menghindari proses dalam mendapatkan sesuatu. Inginnya semua serba mudah dan enak. Dalam bekerja posisi langsung pimpinan dan tidak mau jadi bawahan. Gaji langsung tinggi dan besar tidak mau menerima gaji yang sedikit sebagai awalnya.
Kebiasaan ini menjamur mulai dari murid SD sampai SMA bahkan sampai menjalar pula pada para mahasiswa di perguruan tinggi. Pola pikir serba jadi inilah mengakibatkan orang tidak pernah mengalami proses sehingga yang ada adalah serba jadi dan enak. Ketika masa keenakan habis datanglah masa sulit dan yang terjadi di masyarakat adalah kekecewaan, keputusasaan bahkan sampai nekad untuk bunuh diri. Bunuh diri merupakan pilihan yang banyak dipakai orang yang tidak mau lagi menanggung beban hidup. Sikap ini banyak dilakukan dengan cara mencari perhatian orang lain terlebih dahulu dengan memanjat tower listrik, gedung tinggi, kemudian meloncat agar semua orang tahu bahwa dia mempunyai masalah atau beban hidup yang berat dan memerlukan bantuan.
Sikap seperti inilah yang sekarang perlu disembuhkan di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Berbagai pendekatan perlu dilakukan oleh penguasa di nusantara ini. Pendekatan yang ada mungkin secara relijius (keagamaan), psikologi (kejiwaan), ekonomi (peluang untuk bekerja) dan sebagainya. Namun bila hal itu tidak diimbangi dengan pendekatan sosial budaya maka sulit untuk menyembuhkannya. Ada suatu perverb dari manca negara yaitu:
 
If at first you don't succeed, 
skydiving is not for you.
Jika pertama kali kamu gagal, meloncat dari langit bukanlah untukmu.

Maknanya:
Ini merupakan perverb nasihat bila kita berusaha sekali tidak berhasil janganlah cepat menyerah atau putus asa sampai melakukan bunuh diri dengan cara terjun bebas dari tempat yang tinggi.

Sikap mudah menyerah, putus asa dan bahkan mengambil jalan pintas dengan bunuh diri merupakan tanda – tanda kegagalan hidup di masyarakat. Kegagalan ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
·        Faktor ekonomi
·        Faktor sosial budaya
·        Faktor pendidikan
·    Faktor lain yang tidak terdeteksi sebelumnya, seperti faktor kejiwaan diri seseorang.
·        Faktor – faktor lainnya.

Akan tetapi bila masyarakat diberikan jalan keluar dengan melibatkan masing – masing individu secara apresiatif maka ini merupakan terapi kejiwaan sosial yang sangat berharga. Nilai – nilai penghargaan (apresiatif) dalam melibatkan masyarakat langsung akan memberikan semangat hidup masing – masing individu secara terhormat. Ini akan memberikan sikap menghargai manusia (dalam bhs. Jawa berarti ngowongne uwong, memanusiawikan manusia)
Penguasa selama ini gagal memberikan apresiasi terhadap rakyatnya. Contoh:
Dalam satu sekolah ada anak pandai dan berhasil membawa nama baik sekolah serta negara dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya dalam tingkat kota, kabupaten, provinsi dan nasional bahkan internasional, maka pada ujian akhir sekolah semestinya anak – anak itu mendapatkan dispensasi (kemudahan) sebagai anak pintar/ pandai dan langsung dinyatakan lulus tanpa perlu mengikuti ujian UAS / UAN lagi. Kejadian yang ada adalah anak yang dianggap pintar (pandai) dan mewakili sekolah dalam tingkat nasional dan internasional dinyatakan tidak lulus dalam UAS / UAN. Bukankah itu menjadikan anak didik frustrasi , putus asa bahkan merasa hidupnya tidak berharga. Kejadian ini bukan hanya menimpa si anak didik sendiri melainkan juga membuat kecewa, frustrasi pada orang tua ataupun keluarga di sekitarnya. Ingat kecemasan satu anak berbias (berimbas) pada lingkungannya. Bisa jadi kepada kedua orantuanya. Maka bila kita sadar dan mau memperhatikan dengan seksama, 1 orang kecewa berimbas 2 orang atau 3 disekitarnya.
Pada konteks ini penguasa bisa dikategorikan gagal menghargai / mengapresiasi prestasi anak didik.
Kata penguasa disini bukan semata – mata pada pemerintah pusat saja tetapi juga para penguasa disekitar sekolah yang terdekat yaitu kepala sekolah setempat, pengawas sekolah setempat, kepala dinas pendidikan dan kepala daerah baik kota maupun kabupaten serta gubernur bisa dikategorikan gagal mengapresiasi prestasi anak didik. Bila kejadian ini terus dibiarkan berarti penguasa ikut andil terhadap munculkan ketidakpastian hidup seseorang  dan sekitarnya.
Akibatnya dimana mana akan terjadi demonstrasi atau unjuk rasa sebagai protes terhadap kebijakan – kebijakan yang tidak bijak yang telah dijalankan oleh penguasa terhadap rakyat atau  bawahannya. Maka hal ini sesuai dengan peribahasa:

 Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.

Maknanya:
Pemimpin yang adil dan bijaksana disenangi oleh rakyatnya, sedangkan pemimpin yang kejam pasti dilawan oleh rakyatnya.

Kebiasaan ini sering kali terjadi di tingkat bawah dimana ketika seorang pimpinan diprotes oleh anak buah maka pimpinan itu akan memberikan ancaman balik terhadap anak buah (bawahannya) dengan ancaman berupa tidak akan dinaikkan pangkatnya atau akan diskors dan sebagainya. Seorang pemimpin dengan model semacam itu, untuk membela diri mereka sering mengatakan dengan kalimat:

“Aku dijadikan pimpinan (kepala) ada SK (surat keputasan)nya”

Ungkapan ini adalah salah satu ciri bentuk kesombongan seorang pemimpin. Ini perlu diwaspadai oleh seluruh masyarakat inilah bentuk kesombongan yang nyata.
Makna ungkapan tersebut diatas sama dengan analogi lain:
 “Aku diberi kekuasaan resmi maka aku berhak menggunakan kekuasaanku”

Perilaku semacam ini janganlah ditiru dan dibanggakan karena segala sesuatu di dunia ini tidaklah abadi, apalagi jabatan. Hal ini sesuai dengan peribahasa:

No man is indispensable
Tak ada orang yang tak dapat digantikan.

Maknanya:
Betapapun pentingnya kedudukan jabatan seseorang, selalu saja ada orang yang dapat menggantikannya. Ada orang yang sangat yakin sekali akan kehebatan dirinya dan mengira tidak akan ada orang lain, siapapun jua, yang akan dapat menggantikannya atau menandinginya. Akan tetapi bila orang (pimpinan) itu mati atau mengundurkan diri dari kedudukannya, pasti ada orang lain yang dapat menggantikannya, malah bisa jadi lebih layak dan berbobot dari orang yang digantinkannya.

Pesan moral yang layak diberikan kepada generasi muda sebagi bekal nanti tentunya adalah untuk melihat dan menghayati segala yang ada di dunia ini khususnya manusia agar hidup tidak sombong atau “Sok” sesuai dengan peribahasa berikut ini:

Pride is the beginning of destruction.
Kesombongan itu adalah awal dari suatu kehancuran.

Maknanya:
Janganlah kita merasa sok atau sombong terhadap semua yang kita miliki baik kedudukan (jabatan), kekayaan saat ini. Bila kita merasa superior (lebih) dari pada yang lainnya maka ini awal dari kegagalan  kita berikutnya.

Pesan pepatah lain dalam versi bahasa Jawa adalah dengan ungkapan :
“Ojo Dumeh......”
Ojo dumeh Artinya jangan mentang – mentang ……., anda ………. Pedoman hidup ini sangat populer dikalangan manusia Jawa nusantara. Dengan memahami dan menerapkan ungkapan Ojo dumeh akan bisa menghindari aji mumpung (menggunakan kesempatan dalam kesempitan untuk keuntungan sendiri atau pribadi tanpa memperdulikan orang lain).
Ojo dumeh adalah pedoman mawas diri bagi semua manusia Jawa nusantara yang sedang mendapat anugerah dari Tuhan. Diharapkan dengan pernyataan Ojo dumeh seseorang selalu ingat kepada sesamanya. Pedoman mawas diri dengan ungkapan Ojo dumeh diantaranya berbunyi sebagai berikut:
Ojo dumeh kuwasa, tumindhake daksura lan daksia marang sapadha padha.
Artinya Jangan mentang – mentang sedang kuasa, segala tindak – tanduknya sombong dan congkak serta semena – mena terhadap sesama manusia (makhluk Tuhan).
Ojo dumeh pinter tumindhak keblinger.
Artinya Jangan mentang – mentang diakui pintar, lalu bertindak menyeleweng.
Ojo dumeh kuat lan gagah, tumindhak sarwa gegabah.
Artinya Jangan mentang – mentang kuat dan gagah lalu bertindak semaunya sendiri.
Ojo dumeh sugih, tumindhak lali karo sing ringkih.
Artinya Jangan mentang – mentang kaya, lalu melupakan yang lemah.
Ojo dumeh menang, tumindhake sewenang – wenang.
Artinya Jangan mentang – mentang dapat mengalahkan lawan , lalu berbuat aniaya terhadap yang kalah.

Inilah  ajaran moral yang berguna untuk nation character building.

Ojo dumeh kuwasa, tumindhake daksura lan daksia marang sapadha padha.
Artinya Jangan mentang – mentang sedang kuasa, segala tindak – tanduknya sombong dan congkak serta semena – mena terhadap sesama manusia (makhluk Tuhan).
Ojo dumeh pinter tumindhak keblinger.
Artinya Jangan mentang – mentang diakui pintar, lalu bertindak menyeleweng.
Ojo dumeh kuat lan gagah, tumindhak sarwa gegabah.
Artinya Jangan mentang – mentang kuat dan gagah lalu bertindak semaunya sendiri.
Ojo dumeh sugih, tumindhak lali karo sing ringkih.
Artinya Jangan mentang – mentang kaya, lalu melupakan yang lemah.
Ojo dumeh menang, tumindhake sewenang – wenang.
Artinya Jangan mentang – mentang dapat mengalahkan lawan, lalu berbuat aniaya terhadap yang kalah.

 Dikutip dari:
KOREKSI KEHIDUPAN melalui
BUDI PEKERTI LUHUR DALAM PERIBAHASA
       Self – Reflection through Glorious Moral Values of Proverbs
         Oleh: Achmad Baihaqi, M.Sc.
Copyright by KISS – August  2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar