SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PARA PEMBACA.
KEBERHASILAN
DAN KEGAGALAN
Karena
keberhasilan seseorang adalah hasil deri usaha kerasnya. Maka ajaran moral yang
perlu ditanamkan kepada generasi muda sekarang adalah:
·
All wealth is the product of labour.
Maknanya:
Kemakmuran (kesejahteraan) tidaklah datang dengan sendirinya melainkan dari
usaha (kerja) keras yang orang lakukan. Maka bila orang ingin makmur harus
berusaha dengan sungguh sungguh agar cita –citanya tercapai.
Inilah satu ajaran
moral yang berguna untuk nation character building.
All wealth is
the product of labour.
Semua kemakmuran
(kesejahteraaan) adalah hasil dari kerja (usaha)
Kadang dalam
hidup manusia selalu dihantui oleh rasa ketakutan ataupun kekhawatiran akan
kegagalan usahanya. Rasa khawatir yang berlebihan didalam jiwa seseorang akan
menimbulkan efek negatif terhadap orang itu sendiri. Ketakutan akan kegagalan
dalam berusaha itulah yang menjadi penghalang.
Namun sebagai
manusia yang beradab dan apalagi mengakui kebesaran Tuhan, maka sifat khawatir,
ragu ataupun bimbang perlu di hilangkan dalam diri kita ini. Keberhasilan
ataupun keberuntungan tidak ada orang yang mengetahuinya, hal ini sesuai dengan
peribahasa:
·
You never know your luck
Nasib orang siapa tahu.
Maknanya:
Berusahalah terus dengan penuh ketekunan dan harapan, siapa tahu akhirnya
dikaruniai nasib baik itu.
Penjelasan:
Berbicara
nasib kadang orang sudah menyerah dengan apa yang telah diusahakan
walaupun itu sebenarnya belum maksimal. Mereka pasrah dengan keberadaannya
sekarang, tetapi semestinya orang tahu bahwa apa yang ada didunia ini pasti
tidaklah kekal abadi selamanya. Semua yang ada ini akan selalu berubah dan
berubah. Hal ini sesuai dengan peribahasa:
·
Times change
Zaman berubah.
Maknanya:
Segala sesuatu itu pasti ada perubahannya. Sehingga itu perlu dimengerti
dan dipahami bahwa hidup inipun selalu ada perubahan dan pergantian. Belum
tentu orang yang hidup enak ataupun kecukupan selalu merasa bahagia. Belum
tentu pula orang yang hidup sengsara selalu merasa sedih dan merana. Semua yang
ada didunia ini akan berubah bila waktunya telah tiba.
Bagaimana cara kita untuk menyiasati
waktu?
Waktu terus berjalan sementara kita
mungkin hanya menunggu dan menunggu, maka janganlah terkejut bila kita
kehilangan atau ketinggalan dengan waktu yang ada itu. Ini sesuai dengan
peribahasa:
Time and tide wait for no man.
Waktu dan air
pasang tidaklah menunggu siapapun juga.
Maknanya:
Jika orang ingin berhasil, maka manfaatkanlah waktu (peluang) yang ada
dengan baik. Jangan membuang peluang yang ada. Sekali anda membuang waktu atau
peluang yang ada, maka jangan harap peluang itu akan datang lagi kapada anda.
Ingat waktu berlalu dengan gerak kecepatannya sendiri tak seorangpun mampu
(kuasa) untuk mengulur – ulur atau mempercepat.
Contoh:
Suatu hari anda mempunyai kesempatan untuk
bekerja disuatu tempat, tetapi karena anda merasa tidak cocok, karena alasan letaknya
jauh ataupun gaji awalnya sedikit maka anda membiarkan kesempatan kerja di
tempat tersebut berlalu. Anda menunggu kesempatan yang lain dari tempat lain.
Ini akan bisa berakibat fatal pada semangat diri anda sendiri. Sikap menunggu
anda itulah yang akan merugikan diri anda sendiri.
Sebaiknya orang
harus memiliki sikap / prinsip seperti peribahasa:
A bird in the hand is worth two in the bush.
Seekor burung
di tangan lebih berharga dari pada dua di semak belukar.
Maknanya:
Lebih baik memperoleh satu, yang sekarang sudah ada, dari pada dua dimasa
yang akan datang, yang belum tentu akan ada. Yang sekarang sudah diperoleh,
walaupun hanya sedikit, adalah lebih baik dari pada mengharapkan banyak di masa
mendatang, akan tetapi belum tentu pasti untuk dapat diperoleh.
Inilah satu ajaran
moral yang berguna untuk nation character building.
A bird in the
hand is worth two in the bush.
Seekor burung di tangan
lebih berharga dari pada dua di semak belukar.
Kelemahan dasar dari masyarakat sekarang ini sering berpikir secara instant
(langsung ada jadi) sehingga mereka cenderung menghindari proses dalam
mendapatkan sesuatu. Inginnya semua serba mudah dan enak. Dalam bekerja posisi
langsung pimpinan dan tidak mau jadi bawahan. Gaji langsung tinggi dan besar
tidak mau menerima gaji yang sedikit sebagai awalnya.
Kebiasaan ini menjamur mulai dari murid SD sampai SMA bahkan sampai
menjalar pula pada para mahasiswa di perguruan tinggi. Pola pikir serba jadi
inilah mengakibatkan orang tidak pernah mengalami proses sehingga yang ada
adalah serba jadi dan enak. Ketika masa keenakan habis datanglah masa sulit dan
yang terjadi di masyarakat adalah kekecewaan, keputusasaan bahkan sampai nekad
untuk bunuh diri. Bunuh diri merupakan pilihan yang banyak dipakai orang yang
tidak mau lagi menanggung beban hidup. Sikap ini banyak dilakukan dengan cara
mencari perhatian orang lain terlebih dahulu dengan memanjat tower listrik, gedung
tinggi, kemudian meloncat agar semua orang tahu bahwa dia mempunyai masalah atau
beban hidup yang berat dan memerlukan bantuan.
Sikap seperti inilah yang sekarang perlu disembuhkan di kalangan masyarakat
Indonesia saat ini. Berbagai pendekatan perlu dilakukan oleh penguasa di
nusantara ini. Pendekatan yang ada mungkin secara relijius (keagamaan),
psikologi (kejiwaan), ekonomi (peluang untuk bekerja) dan sebagainya. Namun
bila hal itu tidak diimbangi dengan pendekatan sosial budaya maka sulit untuk
menyembuhkannya. Ada suatu perverb dari manca negara yaitu:
If at first you don't succeed,
skydiving is not for you.
Jika pertama
kali kamu gagal, meloncat dari langit bukanlah untukmu.
Maknanya:
Ini merupakan perverb nasihat bila kita berusaha
sekali tidak berhasil janganlah cepat menyerah atau putus asa sampai melakukan
bunuh diri dengan cara terjun bebas dari tempat yang tinggi.
Sikap mudah menyerah, putus asa dan bahkan mengambil jalan pintas dengan
bunuh diri merupakan tanda – tanda kegagalan hidup di masyarakat. Kegagalan ini
disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
·
Faktor ekonomi
·
Faktor sosial budaya
·
Faktor pendidikan
· Faktor lain yang tidak terdeteksi sebelumnya, seperti
faktor kejiwaan diri seseorang.
·
Faktor – faktor lainnya.
Akan tetapi bila masyarakat
diberikan jalan keluar dengan melibatkan masing – masing individu secara apresiatif
maka ini merupakan terapi kejiwaan sosial yang sangat berharga. Nilai – nilai penghargaan
(apresiatif) dalam melibatkan masyarakat langsung akan memberikan semangat
hidup masing – masing individu secara terhormat. Ini akan memberikan sikap
menghargai manusia (dalam bhs. Jawa berarti ngowongne uwong, memanusiawikan
manusia)
Penguasa selama ini gagal memberikan apresiasi terhadap rakyatnya. Contoh:
Dalam satu sekolah ada anak pandai dan berhasil membawa nama baik sekolah
serta negara dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya dalam tingkat kota,
kabupaten, provinsi dan nasional bahkan internasional, maka pada ujian akhir
sekolah semestinya anak – anak itu mendapatkan dispensasi (kemudahan) sebagai
anak pintar/ pandai dan langsung dinyatakan lulus tanpa perlu mengikuti ujian
UAS / UAN lagi. Kejadian yang ada adalah anak yang dianggap pintar (pandai) dan
mewakili sekolah dalam tingkat nasional dan internasional dinyatakan tidak
lulus dalam UAS / UAN. Bukankah itu menjadikan anak didik frustrasi , putus asa
bahkan merasa hidupnya tidak berharga. Kejadian ini bukan hanya menimpa si anak
didik sendiri melainkan juga membuat kecewa, frustrasi pada orang tua ataupun
keluarga di sekitarnya. Ingat kecemasan satu anak berbias (berimbas) pada
lingkungannya. Bisa jadi kepada kedua orantuanya. Maka bila kita sadar dan mau
memperhatikan dengan seksama, 1 orang kecewa berimbas 2 orang atau 3
disekitarnya.
Pada konteks ini penguasa bisa dikategorikan gagal menghargai /
mengapresiasi prestasi anak didik.
Kata penguasa disini bukan semata – mata pada pemerintah pusat saja
tetapi juga para penguasa disekitar sekolah yang terdekat yaitu kepala sekolah
setempat, pengawas sekolah setempat, kepala dinas pendidikan dan kepala daerah
baik kota maupun kabupaten serta gubernur bisa dikategorikan gagal
mengapresiasi prestasi anak didik. Bila kejadian ini terus dibiarkan berarti
penguasa ikut andil terhadap munculkan ketidakpastian hidup seseorang dan sekitarnya.
Akibatnya dimana mana akan terjadi demonstrasi atau unjuk rasa sebagai
protes terhadap kebijakan – kebijakan yang tidak bijak yang telah dijalankan
oleh penguasa terhadap rakyat atau bawahannya. Maka hal ini sesuai dengan
peribahasa:
Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.
Maknanya:
Pemimpin yang adil dan bijaksana disenangi oleh
rakyatnya, sedangkan pemimpin yang kejam pasti dilawan oleh rakyatnya.
Kebiasaan ini sering kali terjadi di tingkat bawah dimana ketika seorang
pimpinan diprotes oleh anak buah maka pimpinan itu akan memberikan ancaman
balik terhadap anak buah (bawahannya) dengan ancaman berupa tidak akan
dinaikkan pangkatnya atau akan diskors dan sebagainya. Seorang pemimpin dengan
model semacam itu, untuk membela diri mereka sering mengatakan dengan kalimat:
“Aku dijadikan
pimpinan (kepala) ada SK (surat keputasan)nya”
Ungkapan ini adalah salah satu ciri bentuk kesombongan seorang pemimpin.
Ini perlu diwaspadai oleh seluruh masyarakat inilah bentuk kesombongan yang nyata.
Makna ungkapan tersebut
diatas sama dengan analogi lain:
“Aku diberi kekuasaan resmi maka aku berhak
menggunakan kekuasaanku”
Perilaku semacam ini janganlah ditiru dan dibanggakan karena segala sesuatu
di dunia ini tidaklah abadi, apalagi jabatan. Hal ini sesuai dengan peribahasa:
No man is indispensable
Tak ada orang
yang tak dapat digantikan.
Maknanya:
Betapapun pentingnya kedudukan jabatan seseorang, selalu
saja ada orang yang dapat menggantikannya. Ada orang yang sangat yakin sekali
akan kehebatan dirinya dan mengira tidak akan ada orang lain, siapapun jua,
yang akan dapat menggantikannya atau menandinginya. Akan tetapi bila orang
(pimpinan) itu mati atau mengundurkan diri dari kedudukannya, pasti ada orang
lain yang dapat menggantikannya, malah bisa jadi lebih layak dan berbobot dari
orang yang digantinkannya.
Pesan moral yang layak
diberikan kepada generasi muda sebagi bekal nanti tentunya adalah untuk melihat
dan menghayati segala yang ada di dunia ini khususnya manusia agar hidup tidak
sombong atau “Sok” sesuai dengan peribahasa berikut ini:
Pride is the beginning of destruction.
Maknanya:
Janganlah kita merasa sok atau sombong terhadap semua
yang kita miliki baik kedudukan (jabatan), kekayaan saat ini. Bila kita merasa
superior (lebih) dari pada yang lainnya maka ini awal dari kegagalan kita berikutnya.
Pesan pepatah lain
dalam versi bahasa Jawa adalah dengan ungkapan :
“Ojo
Dumeh......”
Ojo dumeh Artinya jangan mentang – mentang ……., anda ………. Pedoman hidup
ini sangat populer dikalangan manusia Jawa nusantara. Dengan memahami dan
menerapkan ungkapan Ojo dumeh akan
bisa menghindari aji mumpung (menggunakan kesempatan dalam
kesempitan untuk keuntungan sendiri atau pribadi tanpa memperdulikan orang
lain).
Ojo dumeh adalah pedoman mawas diri bagi semua
manusia Jawa nusantara yang sedang mendapat anugerah dari Tuhan. Diharapkan
dengan pernyataan Ojo dumeh seseorang
selalu ingat kepada sesamanya. Pedoman mawas diri dengan ungkapan Ojo dumeh diantaranya berbunyi sebagai
berikut:
Ojo dumeh kuwasa, tumindhake daksura lan daksia marang
sapadha padha.
Artinya Jangan mentang
– mentang sedang kuasa, segala tindak – tanduknya sombong dan congkak serta
semena – mena terhadap sesama manusia (makhluk Tuhan).
Ojo dumeh pinter tumindhak keblinger.
Artinya Jangan mentang
– mentang diakui pintar, lalu bertindak menyeleweng.
Ojo dumeh kuat lan gagah, tumindhak sarwa gegabah.
Artinya Jangan mentang
– mentang kuat dan gagah lalu bertindak semaunya sendiri.
Ojo dumeh sugih, tumindhak lali karo sing ringkih.
Artinya Jangan mentang
– mentang kaya, lalu melupakan yang lemah.
Ojo dumeh menang, tumindhake sewenang – wenang.
Artinya Jangan mentang –
mentang dapat mengalahkan lawan , lalu berbuat aniaya terhadap yang kalah.
Inilah ajaran moral yang berguna untuk nation
character building.
Artinya Jangan mentang – mentang sedang kuasa, segala tindak – tanduknya sombong
dan congkak serta semena – mena terhadap sesama manusia (makhluk Tuhan).
Ojo dumeh pinter tumindhak keblinger.
Artinya Jangan mentang – mentang diakui pintar, lalu bertindak menyeleweng.
Ojo dumeh kuat lan gagah, tumindhak sarwa gegabah.
Artinya Jangan mentang – mentang kuat dan gagah lalu bertindak semaunya sendiri.
Ojo dumeh sugih, tumindhak lali karo sing ringkih.
Artinya Jangan mentang – mentang kaya, lalu melupakan yang lemah.
Ojo dumeh menang, tumindhake sewenang – wenang.
Artinya Jangan mentang – mentang dapat mengalahkan lawan, lalu berbuat aniaya
terhadap yang kalah.
Dikutip dari:
KOREKSI KEHIDUPAN melalui
BUDI
PEKERTI LUHUR DALAM PERIBAHASA
Self –
Reflection through Glorious Moral Values of Proverbs
Oleh: Achmad Baihaqi, M.Sc.
Oleh: Achmad Baihaqi, M.Sc.
Copyright by KISS – August 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar