SEMOGA SELAMAT DAN BAHAGIA PARA PEMBACA
Peribahasa (Proverb)
Kata mutiara atau kata bijak bisa berbentuk peribahasa.
Peribahasa dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Proverb, yang
mana kata inipun berasal dari bahasa Latin Proverbium yaitu kata – kata
konkrit dan sederhana yang dikenal secara berulang – ulang untuk mengungkapkan
suatu kebenaran berdasarkan logika umum sebagai pengalaman praktis dalam
hubungan kemanusiaan. Kata – kata ini sering kali pula disebut sebagai metaforis yaitu Pengungkapan berupa
perbandingan analogis untuk mengungkapan gambaran tentang perilaku seseorang
atau sesuatu yang dianggap kurang cocok dalam lingkungan masyarakat. Peribahasa
menggambarkan hukum dasar dari tingkah
laku dan umumnya berlaku sesuai dengan budaya yang ada di masyarakat. Peribahasa
merupakan motto sebagai aturan dan prinisip dalam hidup dimasyarakat yang tidak tertulis namun itu tetap berlaku
sebagai cambuk atau pengingat bagi manusia yang melakukan perbuatan yang
dianggap melanggar adat ataupun budaya di lingkungannya.
Ilmu yang mempelajari peribahasa disebut: paremiologi
(dari bahasa Latin – paroimia – [peribahasa] – logos – ilmu) dan
ini bisa ditelurusi ke masa – masa dulu jaman Aristotle. Sebaliknya Paremiografi
adalah kumpulan kata kata mutiara. Seorang ahli peribahasa yang
terkenal dari Amerika yaitu Wolfgang Mieder telah menulis dan mengedit lebih
dari 50 buku peribahasa dan menulis artikel mengenai peribahasa yang mana
peribahasa tersebut sering disitir (dipakai) oleh para ahli lainnya. Mieder
mendifinisikan istilah peribahasa sebagai berikut:
Peribahasa adalah kalimat pendek yang dikenal
dimasyarakat yang mengandung ajaran bijak, kebenaran, moral dan tradisi dalam
bentuk metaforis, mudah diingat dan pasti dan diajarkan turun temurun dari
generasi ke generasi.
[A proverb is a short, generally known sentence of the
folk which contains wisdom, truth, morals, and traditional views in a
metaphorical, fixed and memorizable form and which is handed down from generation
to generation]
—Mieder 1985:119; juga dalam Mieder 1993:24
Berikut
contoh peribahasa dalam bentuk perbandingan:
Dalam
bahasa Inggris:
·
As busy as a bee (sibuk seperti lebah)
Dalam bahasa Jawa:
·
Seser koyo kitiran (berputar cepat seperti baling – baling)
Dalam bahasa Indonesia:
·
Otak udang (=berarti bodoh)
Subkategori yang lain dalam peribahasa
adalah wellerisme, ini berasal dari nama Sam Weller dalam buku
Charles Dickens The Picwick Papers (1837).
Wellerisme dibentuk dengan menggabungkan tingkah laku dalam pernyataan
peribahasa dan umumnya itu tidak diharapkan dalam situati biasa atau normal.
Contoh:
“Every evil is followed by some good,”
“Setiap kejahatan pasti ada kebaikannya”
Arti lainya adalah Tiap tiap celaka ada
gunanya. Ini berarti orang akan insaf bila sudah mendapatkan celaka pada
dirinya.
Kategori lainnya yang disebut anti-proverb
(Mieder and Litovkina 2002 yaitu Perverb. Disni orang membuat
peribahasa sebagai lelucon dan biasanya berlawanan dengan peribahasa yang telah
ada. Contoh:
· "Nerds of a feather flock together", kalimat peribahasa
yang asli adalah:
·
"Birds of a
feather flock together"
“Burung yang warna bulunya sama
terbang bersama-sama”
Bila
kata birds diganti nerds mempunyai arti orang – orang yang bodoh, sehingga
peribahasa diatas artinya:
· “Orang bodoh akan berkumpul orang yang bodoh pula”
Tujuannya
untuk menyindir orang – orang yang kurang pandai pasti kumpul orang yang kurang
pandai.
Contoh lain:
·
"Early to bed and early
to rise makes a man healthy, wealthy, and likely to talk about it,"
kalimat peribahasa yang asli adalah:
·
"Early to bed and early to
rise makes a man healthy, wealthy, and wise,"
“Cepat
tidur dan cepat bangun menjadikan orang sehat, makmur dan bijaksana”
Perverb biasanya dituliskan pada pakaian seperti kaos
contoh dalam tulisan:
"If at first you don't succeed, skydiving is not for
you."
“Jika pertama kali kamu gagal, meloncat dari langit
bukanlah untukmu”
Ini merupakan perverb nasihat agar bila
kita berusaha sekali tidak berhasil janganlah cepat menyerah atau bunuh diri
dengan meloncat dari gedung tinggi atau tower listrik, dan telepon seluler yang
sekarang lagi ngetren di kalangan masyarakat Indonesia. Punya masalah, tidak
bisa memecahkan, bunuh diri dengan cara terjun dari tempat ketinggian.
Pertanyaannya sekarang dimana letak kata – kata bijak atau kata – kata mutiara
yang bisa memberikan semangat hidup pada masyarakat kita Indonesia, bila
sedikit ada masalah bunuh diri adalah jalan keluarnya.
Dalam buku inilah akan dikupas tuntas
contoh – contoh peribahasa yang layak untuk tuntunan hidup bermasyarakat secara
damai dan santun dalam rangka menciptakan “Nation Character Building” membangun
karakter bangsa yang telah luntur. Dan penulisan buku ini dengan judul Kata
Mutiara / Peribahasa Yang Kehilangan Makna mengupas apa – apa saja kata
bijak yang telah hilang dalam perilaku di masyarakat Indonesia.
Penulisan peribahasa biasanya menggunakan
bentuk – bentuk gaya bahasa seperti:
·
Aliterasi :
Forgive and forget – (Inggris)
Ada air ada ikan – (Indonesia)
·
Paralelisme:
Nothing ventured,
nothing gained - (Inggris)
Tak kenal, maka tak
sayang - (Indonesia)
·
Rhyme (Irama):
When the cat is away,
the mice will play – (Ingrris)
Raja adil raja disembah,
raja lalim raja disanggah – (Indonesia)
·
Assonansi (pengulangan vokal)
seperti peribahasa dari suku Oromo di Ethiopia:
- kan mana baala, a’laa gaala
“daun ada di rumah,
tetapi unta ada di mana – mana”
Maknanya: seseorang
yang punya reputasi besar diantara
mereka tetapi tidak dikenal oleh orang disekitarnya.
Peribahasa bisa ditemukan di berbagai bagian dunia,
tetapi daerah yang mempunyai banyak peribahasa adalah Afrika Barat, sementara
daerah yang mempunyai sedikit peribahasa adalah Amerika Utara dan Amerika
Selatan (Mieder 2004: 108,109)
Peribahasa juga bisa ditemukan dalam satu rumpun bahasa
dan ajaran agama. Contoh:
“No flies enter a mouth that is shut”
“Tak ada lalat masuk ke mulut yang bungkam”
Peribahasa ini bisa ditemukan di Spanyol, Ethiopia, dan
beberapa negara disekitarnya. Oleh masyarakat sekitarnya peribahasa ini
diyakini sebagai suatu kebenaran maka bisa disebarkan disekitarnya. Meskipun
peribahasa ada banyak dimana – mana akan tetapi itu bisa dilacak kembali pada
peribahasa Babylonia kuno (Pritchard, 1958:146).
Peribahasa digunakan para pembicara untuk berbagai macam
tujuan. Kadang – kadang mereka digunakan sebagai cara mengatakan sesuatu dengan
sopan dan santun secara tidak langsung
(Obeng 1996). Tujuan lainnya digunakan bila membicarakan sesuatu yang
lebih berat dalam diskusi. Orang
menggunakan peribahasa untuk suasana percakapan lebih menarik dan tidak
menjemukan. Di beberapa negara peribahasa biasa digunakan oleh pembicara –
pembicara yang handal.
Study tentang peribahasa telah diterapkan dalam berbagai
bidang. Tegasnya, mereka yang belajar cerita rakyat dan sastra akan tertarik
dalam peribahasa dan banyak ahli menggunakan study peribahasa untuk memahami
pikiran abstrak pada anak – anak, akultursai imgran, inteligensia, dan memahami
proses mental dari orang – orang sakit jiwa dengan tema – tema budaya.
Peribahasa sangat strategis bagi para pekerja sosial, guru, para pengkhotbah, penceramah
bahkan para politisi. (Peribahasa sebagai alat propaganda oleh Nazi, lihat
Mieder 1982).
Dalam kaitannya Membangun Karakter Bangsa, buku ini akan memberikan contoh berbagai peribahasa
dari berbagai sudut dan penjelasannya dengan tujuan untuk membangun karakater
moral bangsa agar lebih baik dan bisa sebagai obat untuk mengobati segala
permasalahan kehidupan sehari – hari.
Perspektif atau sudut pandang ini berdasarkan:
·
sosial budaya nusantara
(Indonesia)
·
budaya Jawa, budaya Melayu,
budaya lain di nusantara
·
agama di nusantara
·
kebiasaan hidup masyarakat
pedalaman di nusantara
Satu kebanggaan bagi bangsa nusantara (Indonesia) bila
mereka mengetahui bahwa seni musik gamelan digunakan untuk terapi mental bagi
para narapidana di Inggris, sumber dari koran The Jakarta Post tahun 2005. Ketika
dikonfirmasi petugas penjara menjelaskan bahwa seni musik gamelan traditional
Jawa menggunakan keselarasan dalam memukulnya sehingga ritme musiknya dapat
menjadi obat atau terapi mental bagi para narapida yang sudah masuk dalam
rehabilitation institution (Lembaga Pemasyarakatan).
Dalam salah satu study kasus, bahwa memberikan nasihat
kepada seseorang melalui budaya atau bahasa asli orang yang dinasihati ternyata
lebih mengena / berhasil dari pada menasihati dengan menggunakan bahasa formal
(resmi).
Suatu ketika, ada
seorang pimpinan marah bukan main atas kesalahan anak buahnya, dengan keras dan
membentak – bentak pimpinan itu memarahi anak buahnya. Namun anak buahnya bukan
malah taat atau patuh kepada pimpinannya, sebaliknya malah menentang habis –
habisan kepada pimpinannya. Beberapa hari kemudian pimpinannya minta tolong
kepada seseorang untuk memberikan nasihat kepada anak buahnya itu. Karena
sipemberi nasihat bijak maka dia mencari tahu siapa yang akan dinasihati (asal
daerah, bahasa asli daerah anak buah itu) dengan berbekal bahasa dan budaya
asli anak buah itu maka sipenasihat datang mengajak bicara dengan bahasa asli
anak buah tersebut dan ternyata mujarab. Anak buah yang tadinya beringas dan
penentang menjadi patuh dan penurut. (Lokasi: Palangkaraya - Kalimantan Tengah,
Pimpinan keturunan Cina, anak buah keturunan Jawa). Dari Observasi mental dan
tingkah laku – Psikonalisis dilakukan oleh penulis buku ini.Dikutip dari:
KOREKSI KEHIDUPAN melalui
BUDI
PEKERTI LUHUR DALAM PERIBAHASA
Self –
Reflection through Glorious Moral Values of Proverbs
Copyright by KISS – August 2010
Terimakasih informasi Mengenai Contoh Proverbsnya, sangat Bermanfaat
BalasHapus