Selasa, 07 Mei 2013

PENGANTAR ILMU MEMAHAMI MANUSIA

PENGANTAR ILMU
MEMAHAMI MANUSIA

Manusia, secara umum telah kita kenal bersama selama di dalam sekolah maupun tempat belajar di luar sekolah, adalah makhluk yang “mulia” lebih dari makhluk ciptaan Tuhan YME lainnya seperti binatang, tumbuhan, ataupun makhluk lainnya.
Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani berupa tubuh yang nampak nyata atau bersifat riil yang ada seperti rambut, kulit, mata, hidung, tangan, kaki, kepala dan seterusnya yang dapat kita lihat dan kita raba. Sedangkan rohani bersifat abstrak.
Dalam kaitan ini maka bahasan kita adalah hal yang bersifat abstrak yaitu secara garis besar disebut dengan sebutan “Rohani”. Rohani ini terdiri dari:
1.     Pikiran
2.     Batin.

Dengan adanya pikiran maka akan timbul hal hal apapun yang ada didunia ini seperti pembangunan yang pesat, kedaraan yang canggih, segala sesuatu yang bersifat nyata dan dapat dilihat serta dirasakan.
Tegasnya dengan adanya OLAH PIKIR (IDE, Cita-cita, Keinginan)  akan memunculkan OLAH KARYA (Gerakan Raga berupa Action (Kegiatan) seperti bekerja, belajar, tidur dan sebagainya). Olah Pikir bisa menjadikan orang PINTAR, PANDAI.
Dari pikiran itulah akan memunculkan karya atau kegiatan (action) yang konkrit (nyata) untuk menghasilkan sesuatu. Dari hasil kegiatan itu akan timbul sesuatu yang Negatif ataupun Positif. Dari pikiranlah asal mula adanya Pikiran Negatif dan Pikiran Positif.
Sedangkan hal berikutnya adalah Batin. Dengan adanya batin kita dapat merasakan suatu yang tidak bisa kita tangkap dengan pikiran tetapi muncul ada didalam batin setiap manusia. Karena terkait dengan batin maka ini bersifat abstrak yang tidak bisa kita tangkap dengan panca indera tetapi dapat kita Rasakan dengan “Indera keenam”
Tegasnya dengan adanya OLAH BATIN (penggemblengan batin) akan memunculkan OLAH RASA (Sesuatu yang dapat dirasakan oleh  hati manusia seperti senang, sedih, kecewa dsb. Jika Batin tidak pernah dilatih atau diasah maka manusia itu akan “bebal” atau “bodoh” dalam hal batiniah. Sebaliknya jika orang bisa OLAH BATIN maka akan muncul ORANG “NGERTI”atau memahami Ilmu Rasa Pangrasa.

Berikut ilustrasi orang Ngerti dan Pintar (Pinter bhs. Jawa).

Pinter artinya pandai pada ilmu pengetahuan yang bersifat lahiriayah, sedang Ngerti artinya pandai pada ilmu pengetahuan yang bersifat batiniah atau rasa pangrasa. Sebagai orang Jawa diharapkan bisa pinter dan ngerti.
Contoh: Anak A sudah belajar di perguruan tinggi, dia mendapat nilai baik dalam akhir ujiannya. Kemudian ada saudara dari desa datang yang minta bantuan, tapi dia tidak bisa memberikan solusi atau bantuan kepadanya. Malah si A membiarkan tanpa ada jawaban kepastiannya. Kondisi inilah yang disebut orang pinter tapi gak ngerti. Maksudnya si A pinter dipengetahuan kuliahnya tapi di juga bodoh untuk memahami perasaan saudaranya, hal ini si A dianggap gak ngerti. Sekarang contoh lain: Si B sekolahnya hanya tingkat SMP saja, tapi ketika ada orang lain atau saudaranya meminta bantuan, tanpa harus berpikir macam – macam Si B langsung membantu sebisanya. Walau kadang tidak perlu orang lain mengungkapkan langsung apa yang dia butuhkan kepada si B. Kondisi inilah si B disebut wong ngerti atau wong gak pinter ning ngerti. Ngerti karena tanpa harus orang lain mengungkapan permasalahannya, si B bisa merasakan dan segera membantunya, meskipun pengetahuan sekolahnya hanya sebatas anak SMP. Tetapi rasa pangrasa yang si B punya itulah yang menjadikan dia dianggap ngerti.

Dalam dunia sekarang ini, banyak mana orang pinter dan orang ngerti? Jawaban tegasnya adalah di bumi nusantara ini banyak wong pinter ning ora ngerti. Bahasa lainnya, banyak orang yang pendidikannya tinggi atau punya ilmu pengetahuan luar canggih tapi bodoh pada ilmu rasa – pangrasa sehingga dianggap wong ora ngerti.
Contoh nyata dalam kehidupan sehari – hari banyak mahasiswa perguruan tinggi perang atau bermusuhan sesama mahasiswa dikampusnya, bukankah mereka semua orang pintar atau orang pendidikan tapi mereka tidak mengerti kalau mereka jadi panutan orang lain juga yang masih dibawahnya? Sekarang bagaimana dengan berbagai macam pertikaian, permusuhan yang ada di dalam masyarakat. (Pembaca sendiri yang bisa menilai atau mengomentarinya).

Kembali kepada permasalahan Pikir dan Batin, maka bila Pikiran kita utamakan sebagai guide atau pemandu hidup maka yang muncul adalah Nafsu Nafsu keinginan yang berlebih dan liar. Nafsu ini sering kita sebut dengan Nafsu Indriya.
Sebaliknya jika kita mengasah Batin terus menerus, maka yang akan muncul adalah pemahaman akan ilmu rasa pangrasa. Dalam dunia Jawa banyak bermunculan istilah atau ungkapan kata sehari- hari sebagai tutur bahasa seperti:

v   Duwe rasa rumangsa

Artinya Mempunyai perasaan terhadap semua tindakan yang dilakukannya kapada orang lain. Sikap ini sebenarnya menjadi central atau pusat semua perilaku atau tingkah laku manusia Jawa. Makanya hampir semua tindakan itu selalu dihayati dan dirasakan dalam hati dengan ukuran pantas atau tidak pantas ini untuk dilakukan, sopan atau tidak sopan, cocok atau tidak cocok, semuanya diukur dengan perasaan. Sehingga di Jawa ada namanya Ilmu rasa pangrasa yang intinya semua tindakan dan akibatnya manusia harus rasakan jika seandainya itu terjadi pada diri dia sendiri atau pada keluarganya sendiri.
Lantas muncul ungkapan:

 Rumangsamu kepriye yen….?

Artinya:
Bagaimana perasaan hatimu jika …?

Budaya ini tidak dimiliki oleh bangsa lain didunia, karena segala perbuatan selalu diukur oleh hati atau perasaan. Berarti ini perlu penghayatan bukan hanya slogan yang sering ucapkan seperti pendidikan pengetahuan lainnya. Tapi hayati dan rasakan dalam hati. Itulah ukurannya dalam budaya Jawa nusantara.

Contoh: Ada orang berbuat membunuh atau mengebom kepada orang lain. Kemudian akibatnya jelas orang yang punya keluarga menjadi korban pembunuhan atau pengeboman, menjadi sedih dan merana atau malah sengsara hidupnya setelah salah satu anggota keluarganya menjadi korban.
Lalu tanyakan pada sipelaku pembunuhan atau pengeboman: Bagaimana perasaan hatinya jika yang kena atau jadi korban keluarganya?
Kalau mereka tidak merasa bersalah atau tidak merasa berdosa dan tidak mau mengakui kesalahan perbuatannya, maka bagi ukuran manusia Jawa itu dianggap orang gila (Wong gak Jowo).
Kalau bahasa ilmiah psikologi dianggap Psychopatic Personality (Pribadi Psikopatis) artinya Suatu gangguan karakter. Individu dengan type gangguan semacam ini disebut psikopat, dia adalah cacat karena gagal menghayati peraturan – peraturan yang mengatur segala tingkah laku di dalam masyarakatnya. Dia gagal dalam mengembangkan satu super-ego yang normal. Dia bisa mencuri, berbohong, membunuh, dan melakukan serangan, kejahatan dan pelanggaran lainnya tanpa rasa cemas yang dikontrol oleh kesadaran dan hati nuraninya yang buruk. Sedangkan orang lain yang melakukan kejahatan itu akan merasa cemas sekali dalam keadaan demikian.
Sebutan lain untuk Psikopat adalah Antisocial Personality yaitu suatu diangnosa yang diterapkan kepada individu – individu yang berulang kali selalu konflik dengan masyarakat; mereka sangat mementingkan diri (selfish), karena tidak pernah mampu atau gagal menghayati kesalahan sendiri. Istilah ini sinonim denga Sosiopat. (Kartini Kartono – Dali Gulo, 2003: 23, 389)


Begitu santun dan halus budi pekerti manusia Jawa untuk membimbing anak cucunya maka lewat perilaku kehidupan dengan sifat dan sikap duwe rasa rumangsa itulah diharapkan manusia Jawa menjadi Wong Jowo ngerti Jawane. Karena kalau tidak atau sudah hilang rasa rumangsane maka muncullah sifat dan sikap Wong Jowo Lali Jawane. Jika sudah muncul sifat dan sikap wong Jowo lali Jawane yang namanya kerukunan dan ketentraman di Jawa atau nusantara sulit ditemukan lagi yang ada hanyalah permusuhan dan pertengkaran.
Anda pembaca bisa melihat kejadian permusuhan di negeri ini lewat berita di media elekronik dan media cetak. Kemudian pahami berita itu dengan maksud dan tujuan / arah tulisan ini diterbitkan. Anda akan tahu betapa bodohnya bangsa kita sekarang ini. Mengapa budaya yang kita punya ditinggalkan?
Dengan demikian semakin jelas bahwa manusia Jawa sudah memilki apa yang harus dilakukan dalam hidup ini selalu diukur dengan perasaan atau hati dan ketika hati yang harus berperan maka pikiran harus dijernihkan dengan perilaku samadhi, semedi, meditasi (meditation), atau kontemplasi (Contemplation).
Akhirnya tujuan dari perilaku samadhi yaitu agar manusia  tetap Eling lan waspada.
 
Sumber: IJJ – Ilmu Jiwa Jawa – Javanese Psychology @KISS - 2013

 
Lihat video di Youtube:



Selasa, 14 Agustus 2012

CERITA IKAN KURA KURA DAN KATAK BIJAK


SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PARA PEMBACA SEMUA.

CERITA IKAN & KURA KURA dan KATAK BIJAK
Ikan dan Kura-kura serta
Katak yang bijak

Pada jaman dulu ada seekor ikan. Karena ikan selama hidupnya ada di dalam air dan yang dia tahu tidak ada lain hanyalah air. Suatu hari ikan itu berenang di kolam air kecil tempat dia hidup setiap harinya, dan kebetulan ketemu dengan seekor kura kura kenalannya yang baru saja kembali dari berlibur di daratan.

“Selamat siang, pak Kura kura!” kata ikan :”Sudah lama saya tidak ketemu kamu, kemana saja selama ini?
”Oh” kura kura berkata”Aku baru saja bepergian di daratan (tanah kering)”
”Oh tanah kering” teriak ikan itu:”Apa maksudmu dengan ’Tanah Kering’? Tak ada tanah kering itu. Aku tidak pernah melihatnya. Tanah kering itu tidak ada.”
“Baiklah” kata kura kura dengan sopan, “Jika kamu ingin berpikir begitu, tentu saja boleh; tidak ada siapapun yang bisa mencegahmu. Tetapi bagaimanapun, itu adalah tempat aku telah pernah kesana.”
“Oh ada ada saja” kata ikan:”bicara yang masuk akal. Katakan kepadaku sekarang seperti apa tanah kering itu? Apa semuanya basah?”
“Tidak, itu tidak basah”, kata kura kura.
”Apakah itu enak dan segar serta dingin?” tanya ikan.
”Tidak, itu tidak enak, segar dan dingin”, jawab kura kura.
”Apakah itu jernih, sehingga sinar bisa menembusnya?”
”Tidak, itu tidak jernih; sinar tidak bisa menembusnya.”
”Apakah itu lunak dan lentur; sehingga aku bisa menggerak-gerakan siripku di dalamnya dan hidungku bisa memasukinya?”
”Tidak, itu tidak lunak dan lentur; kamu tidak bisa berenang di dalamnya.”
”Apa itu bergerak atau mengalir seperti aliran air?”
”Tidak, itu tidak bergerak juga tidak mengalir seperti aliran air.”
”Apakah itu naik turun dalam gelombang, lalu, muncul busa (gelembung udara) di dalamnya?” tanya ikan dengan jengkel karena selalu dijawab ”TIDAK..TIDAK..TIDAK”
”TIDAK” jawab kura kura dengan jujur:” itu tidak naik turun seperti gelombang, aku pernah melihatnya.”

”Iya kan!” teriak ikan dengan bangga karena merasa menang. ”Bukankah aku sudah bilang bahwa tanah yang kamu tahu itu tidak ada? Aku sudah bertanya banyak dan kamu selalu menjawab itu tidak dingin, tidak jernih, tidak lunak dan itu tidak mengalir seperti air, tidak naik turun seperti gelombang. Dan bila tidak ada satupun dari itu semua, apalagi kalau bukan Tidak Ada (tanah kering). Sudah jangan cerita lagi padaku!”
”OK, baiklah, tidak masalah bagi saya” jawab kura kura,”Bila kamu tetap berpikir bahwa tanah kering itu tidak ada, saya pikir kamu terus saja berpikir seperti itu. Tetapi siapapun yang tahu bagaimana air dan bagaimana daratan itu, akan mengatakan kamu ikan sangat tolol, karena kamu menganggap bahwa segala sesuatu yang kamu tidak pernah tahu adalah tidak ada sebab kamu tidak pernah mengetahuinya.”
Dan berkata itu kura kura berbalik dan terus meninggalkan ikan di kolam air yang kecil, terus berlibur ke daratan lainnya tanah kering (yang ikan angagap) tidak ada.
Melihat kejadian itu, seekor katak yang bijak berkata kepada ikan:”Apa yang telah kura kura katakan padamu adalah benar adanya dan itu nyata. Masalahnya ada hanya pada diri kamu (ikan) bahwa kamu belum pernah melihat tanah kering (daratan). Pandai pandailah dan banyaklah belajar dari hal hal yang berbeda, kamu akan jadi pintar dan bijaksana untuk menghadapi segala permasalahan. Pintarlah dan Bijaksanalah.” Dan katak itu meninggalkan ikan tersebut sendirian.
Dari cerita fabel ini jelas baik kura kura, yang mengenal dua tempat daratan dan laut (air), tidak bisa menjelaskan keadaan daratan itu kepada ikan, dan ikan tidak pernah mengerti bagaimana daratan itu karena yang ikan tahu hanya lautan (air) saja. Sedangkan katak bisa setuju dengan penjelasan kura kura, karena katak tahu bagaimana daratan itu dan bagaimana lautan itu.
Dikutip dari: Moral Fables

Lihat cerita diatas versi bahasa Inggris di akhir tulisan blog ini.

Dari cerita diatas, mari kita menjawab pertanyaan berikut:
1.    Apakah yang ingin ikan tanyakan kepada Kura kura?
2.    Apakah kura kura menjawab?
3.    Apakah ikan mengerti jawaban kura kura?
4.    Mengapa ikan tidak mengerti jawaban kura kura?
5.    Apa yang kura kura katan pada ikan akhirnya?
6.    Apa nasihat katak kepada ikan?

Mari kita analisa isi perdebatan cerita ikan dan kura kura diatas:
1.    Bagaimana cara berpikir manusia pada umumnya? Apakah seperti cara pikir seperti ikan atau berpikir seperti kura kura?
2.    Banyak mana orang yang berpikir cara seperti ikan atau seperti kura kura?
3.    Mengapa demikian?
4.    Orang yang banyak pengetahuannya seharusnya meniru cara pikir ikan atau cara pikir kura kura?
5.    Mengapa demikian?

****************************************************

Kebanyakan manusia berpikir seperti ikan yang hanya berkutat pada itu itu saja, dan enggan untuk bereksperimen atau ekspansi seperti kura kura. Orang cenderung menirukan apa apa yang ada seperti biasanya dan tidak berani untuk melangkah atau bereksperimen untuk pengalaman pribadi.
Ikan hanya tahu air, selamanya dia tahu dan hidup hanya di air. Ketika kura kura yang pernah keluar dari air dan ternyata menemukan daratan, dan di daratan bisa hidup juga, maka pengetahuan hidup kura kurapun bertambah bahwa sebenarnya kehidupan tidak hanya ada di air tetapi juga ada di darat.
Dari sini orang yang berpikir seperti ikan maka dia enggan dan tidak mau menerima pendapat ataupun wacana dari pihak lain. Biasanya orang semacam ikan ibaratnya orang membaca hanya satu buku saja dan tidak mau membaca buku buku lainnya. Tetapi orang yang semacam kura kura ibaratnya orang yang banyak membaca buku buku atau pengetahuan lainnya di bisa menerimanya.
Orang berpikir seperti ikan, apabila mendapatkan sesuatu yang asing atau aneh (baru), maka pendapat yang asing atau aneh akan dianggap menyimpang, sesat, ataupun sebutan lain karena tidak sesuai dengan buku buku yang dia baca selama ini. Orang seperti ikan akan bersifat Kolot dan ekstrim. Tetapi orang berpikir seperti kura kura tidak akan merasa asing atau aneh (baru) bila mendapat masukan pendapat atau ide yang lain. Dan orang berpikir seperti kura kura akan mudah menerima (fleksibel) terhadap hal hal baru ataupun perubahan perubahan yang ada dan tidak serta merta mengutuk atau mencaci bahwa hal yang baru itu pasti jelek, hal baru pasti menyimpang, sesat atau buruk lainnya. Orang seperti kura kura akan bersifat moderate. Bila orang lain tidak mau menerima pendapatnya(orang berpikir seperti kura kura) ya biarlah memang daya pikir orang yang lain (seperti cara pikir ikan) hanya sebatas itu adanya. Kita tidak perlu memaksakan pendapat kita kepada orang yang tidak mampu menerimanya.
Ini perlu pemahaman dan pengetahuan yang banyak untuk memahami tulisan ini.
Ini pernah terjadi dalam satu cerita dialog antara orang orang yang berkeyakinan atau berkepercayaan A, B, C, dan D.
Si A akan mengatakan bahwa cara dia menjalani hidup adalah yang paling benar, selain jalan A semuanya adalah salah, sesat, tidak akan bisa masuk surga di kemudian hari.
Si B tidak mau kalah dengan si A juga mengatakan bahwa cara dia menjalani hidup adalah yang paling benar, selain jalan B semuanya adalah salah, sesat, tidak akan bisa masuk surga di kemudian hari.
Si C pun tidak mau kalah dengan si A dan B juga mengatakan bahwa cara dia menjalani hidup adalah yang paling benar, selain jalan C semuanya adalah salah, sesat, tidak akan bisa masuk surga di kemudian hari.
Sekarang tinggal si D melihat si A, B, dan C berpendapat dan berdebat, Si D memberikan contoh:
Suatu hari ada Si OB orang bijak didatangi orang ingin meminta pendapatnya.
Di pagi hari si OB orang bijak didatangi tamu F, F menanyakan apakah perlu orang itu beragama. OB menjawab Sangat Perlu. Orang perlu beragama.
Di siang hari Si OB didatangi tamu G, G menanyakan apakah perlu orang itu beragama. OB menjawab Tidak Perlu. Orang  tidak perlu beragama.
Di sore hari Si OB didatangi tamu H menanyakan apakah perlu orang itu beragama. OB menjawab itu tergantung kamu (H) berpikir bisa perlu bisa tidak. Orang perlu beragama atau tidak kamu bisa menentukannya.
Di malam hari Si OB ditanyai oleh anaknya yang sejak pagi, siang dan sore melihat dan mendengar tamu tamu tersebut, ”mengapa Bapak menjawab di pagi Sangat Perlu, di siang hari menjawab Tidak Perlu, dan di Sore hari menjawab Bisa perlu dan bisa tidak perlu?” tanyanya.
Si OB menjawab dengan bijak ”Oh, anakku mari saya jelaskan, di pagi hari si F menanyakan perlu apa tidak orang beragama, maka saya jawab PERLU sebab si F sangat mencari dan membutuhkan pegangan hidupnya. Dan siang hari saya jawab TIDAK PERLU sebab si G orangnya sangat agamis dan ekstrim dan tidak membutuhkan jawaban saya ”Perlu” malah sebaliknya saya jawab TIDAK PERLU dan si G sudah memeluk suatu agama, dan terakhir sore hari si H saya jawab BISA PERLU BISA TIDAK sebab si H orangnya sudah bisa membedakan perlu dan tidaknya orang beragama dan Si H sudah tahu dan mengerti bahwa Agama itu diterapkan dengan perilaku yang baik bukan untuk dibicarakan saja (Omong saja tanpa tindakan atau NATO = No Action Talk Only) dan tegasnya si H dewasa (maju daya pikirnya) bukan seperti G yang masih muda (remaja daya pikirnya) dan F yang masih anak anak daya pikirnya. Maka dari itu jawaban pagi PERLU, siang TIDAK PERLU, dan sore BISA PERLU DAN BISA TIDAK PERLU.” Akhirnya anaknyapun mengerti bahwa bicara baik tanya maupun menjawab perlu di pikirkan dalam dalam (di analisa).
Setelah menjelaskan itu Si D menjawab silahkan Si A dengan caranya sendiri, Si B dengan caranya sendiri dan C dengan caranya sendiri untuk menjalani hidup ini. Tapi saya (Si D) tidak akan menyalahkan atau mengatakan cara kamu ABC benar ataupun salah, biarlah kamu menjalani hidup ini sesuai dengan caramu dan tidak menyalahkan atau menjelekkan satu sama lain.
Untuk apa saya mengaku beragama A, B, C dan membela agama A, B, C tapi perilaku saya merusak, menjelek-jelekkan , dan mencemooh pihak pihak lain itu sesat dan salah. Kalau kita sadar kita mengaku beragama perlu tahu ada prasasti berikut ini:

PRASASTI BATU XII RAJA ASOKA – INDIA 3 SM:
“Seseorang seharusnya tidak hanya menghormati agamanya sendiri dan menjelek – jelekkan agama orang lain, tetapi ia harus menghormati agama orang lain untuk alasan ini dan itu. Dengan demikian ia menolong agamanya sendiri untuk berkembang juga memberikan bantuan kepada agama orang lain. Dengan melakukan hal yang sebaliknya ia menggali kuburan bagi agamanya sendiri dan juga merugikan agama – agama lain. Siapa saja yang menghormati agamanya sendiri dan menjelek – jelekkan agama lain, melakukannya karena setia (fanatik) kepada agamanya sendiri, berpikir: ‘Aku akan memuliakan agamaku.’Akan tetapi dengan melakukan hal itu, justru sebaliknya melukai agamanya sendiri lebih parah. Jadi rukunlah, sungguh patut dipuji:
‘Marilah semua mendengar,
mau mendengar ajaran yang dinyatakan orang lain.’

Sungguh dalam makna prasasti ini.

Selamat merenungkan tulisan blog ini dengan dalam.

Semoga kesadaran dan kecerdasan pikir pembaca semua bisa membawa kehidupan ini lebih baik dan damai.

A FISH AND A TURTLE
AS WELL AS A WISE FROG

Once upon a time there was a fish. And just because it was a fish, it had lived all its life in the water and knew nothing whatever about anything else but water. And one day as it swam about in the pond where all its days had been spent, it happened to meet a turtle of its acquaintance who had just come back from a little excursion on the land.
“Good day, Mr. Turtle!” said the fish:” I have not seen you for a long time. Where have you been?”
“Oh”, said the turtle, “I’ve just been for a trip on dry land”.
“On dry land!” exclaimed the fish:”What do you mean by ‘on dry land’? There is no dry land. I have never seen such a thing. Dry land is nothing”.
“Well”, said the turtle good-naturedly, “if you want to think so, of course you may; there’s no one who can hinder you. But that’s where I’ve been, all the same”.
“O come”, said the fish, “try to talk sense. Just tell me now what is this land of yours like? Is it all wet?”
“No, it is not wet”, said the turtle.
“Is it nice and fresh and cool?” asked the fish.
“No, it is not nice and fresh and cool”, the turtle replied.
“Is it clear, so that light can come through it?”
“No, it is not clear; light cannot come through it”.
“Is it soft and yielding; so that I could move my fins about in it and push my nose through it?”
“No, it is not soft and yielding; you could not swim in it”.
“Does it move or flow in streams?”
“No, it neither moves nor flows in streams”.
“Does it ever rise up into waves, then, with white foam in them?” asked the fish becoming just a little impatient at this string of Noes.
“NO”, replied the turtle truthfully: “it never rises up into waves that I have seen”.

“There now!” exclaimed the fish triumphantly. “Didn’t I tell that this land of yours was just nothing? I have just asked, and you have answered me that it is neither wet nor cool, not clear nor soft and that it does not flow in streams nor rise up into waves. And if it isn’t a single one of these things, what else is it, but nothing? Don’t tell me!”
“Well, well, well”, said the turtle, “if you are determined to think that dry land is nothing, I suppose you must just go on thinking so. But any one who knows what is water and what is land would say were just a very silly fish, for you think that anything you have never known is nothing just because you have never known it.”
And with that the turtle turned away and, leaving the fish behind in its little pond of water, set out on another excursion over the land that was nothing.
Seeing this incident, a wise frog said to the fish:”What the turtle has said to you is right and it really exists. The problem is only in you (fish) yourself that you have never ever known the dry land. Be smart and much learning from different things, you will be smart and wise to face any problem. Be smart and wise.” And the frog left the fish alone.
It is evident from this fable that neither the turtle, which is acquainted with both land and sea, could explain to the fish real nature of the land, nor could the fish understand what land is as it is acquainted only with the sea. While the frog could agree with the turtle’s explanation, since the frog knew what the land is and the sea is.
                                          (Taken from: Moral fables)


Jumat, 10 Agustus 2012

RASA NASIONALISME


SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PARA PEMBACA.
MELUNTURKAH RASA NASIONALISME kita?

Dulu ketika aku masih kecil, hari hari menjelang peringatan Hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus, banyak masyarakat mulai menghias atau mengecat rumah pagar, sebagai bentuk rasa kebanggaan akan semangat kemerdekaan RI 1945. Hiasan mulai dari bendera merah putih didepan rumah masing masing warga hingga umbul umbul,  lampu hias warna warni juga menyemarakkan penyambutan peringatan Kemerdekaan itu.
Namun, hal itu sekarang terlihat sangat jarang bahkan, seakan akan warga masyarakat tidak perduli lagi dengan peringatan kemerdekaan itu. Sehingga hiasan hiasan paling tidak bendera merah putih yang semestinya sudah berkibar sejak awal bulan Agustus, tapi sampai sekarang tanggal 10 Agustus nampak masih lengang. Itupun juga terjadi di instansi pemerintah, sekolah apalagi perkampungan masyarakat. Meskipun ada yang mengibarkan tetapi jumlahnya tidak sebanyak dan sesemarak jaman dahulu.
Sungguh Ironis!!!
Beberapa orang  warga berkomentar, mengapa mereka enggan mengibarkan bendera? Karena mereka merasa tidak merdeka? Merdeka bagi mereka adalah merdeka ekonomi, merdeka untuk mendapatkan penghasilan yanga layak, merdeka mendapatkan pekerjaan yang mudah. Namun kenyataan yang ada bagi mereka, merdeka hanya dimilik oleh pejabat pemerintah. Para pejabat banyak yang korup dan mereka yang merdekan. Sementara rakyat kecil tertindas dan terpinggirkan, bahkan mereka tidak menikmati kemerdekaan itu sendiri.
Tegasnya rakyat kecil merasa tidak merdeka, mereka malah tertindas oleh kekuasaan yang ada. “Lantas untuk apa aku mengibarkan bendera, sementara kehidupanku tertindas oleh kemiskinan dan oleh pejabat yang korup?” argumen mereka.

Memang sungguh memprihatinkan!!!
67 tahun merdeka,
namun rakyat masih tetap sengsara.
Kemiskinan merajalela,
meski statistik ekonomi menunjukkan angka yang baik,
tapi itu tidak berarti menunjukkan kehidupan yang lebih baik.
Statistik hanya angka
Untuk menggembirakan penguasa.
Namun rakyat tetap hidup sengsara dan menderita.
Aku benci penguasa. Aku benci Pemerintah yang korup.
Kapankah kami (rakyat miskin) bisa merdeka.???
Kapan? Kapan?

*************************
Dari ilustrasi diatas jelas. Kita perlu membedakan antara Pemerintah dan Negara.
pemerintah pe.me.rin.tah
[n] (1) sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya; (2) sekelompok orang yg secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan; (3) penguasa suatu negara (bagian negara): ~ negeri dimisalkan pengemudi negara; negara memerlukan ~ yg kuat dan bijaksana; (4) badan tertinggi yg memerintah suatu negara (spt kabinet merupakan suatu pemerintah): beberapa anggota DPR meminta supaya ~ segera menyerahkan rancangan undang-undang itu ke DPR; jawaban ~ dibacakan oleh Menteri Dalam Negeri; (5) negara atau negeri (sbg lawan partikelir atau swasta): baik sekolah ~ maupun sekolah partikelir harus dibangun tiga tingkat; (6) pengurus; pengelola: ~ perkebunan dan tambang

Negara ne.ga.ra
[n] (1) organisasi dl suatu wilayah yg mempunyai kekuasaan tertinggi yg sah dan ditaati oleh rakyat; (2) kelompok sosial yg menduduki wilayah atau daerah tertentu yg diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yg efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya: kepentingan -- lebih penting dp kepentingan perseorangan


Dari sini jelas, bila kita enggan mengibarkan bendera karena benci pemerintah, itu tidak jadi masalah. Anda bisa tidak suka dengan pemerintahan yang ada, mungkin karena itu bukan pilihan anda pada saat pemilu.
Tapi janganlah membenci negara. Negara merupakan satu kesatuan utuh rakyat, wilayah dan pemerintah serta adata budaya yang ada didalam negara itu. Dan bendera itu merupakan salah satu simbol yang mewakili negara, bukan simbol mewakili pemerintah atau penguasa.
Ketika kita enggan mengibarkan bendera merah putih, maka dimana rasa nasionalisme kita? Apa nasionalisme itu?

Nasionalisme na.si.o.na.lis.me
[n] (1) paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: -- makin menjiwai bangsa Indonesia; (2) kesadaran keanggotaan dl suatu bangsa yg secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan


          Di dalam jiwa nasionalisme tertanam sebuah keinginan untuk membangun negara sesuai dengan cita-cita, harapan, dan kemampuan bangsa sendiri. Jiwa nasionalisme akan menjelma dalam ideologi negara yang berlandaskan pada keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara secara utuh dan menyeluruh tanpa bergantung kepada bangsa lain. Cinta tanah air merupakan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Rasa cinta tanah air tidak terlepas dari patriotisme. Patriotisme yang merupakan sikap kepahlawanan adalah sikap yang gagah berani, pantang menyerah, dan rela berkorban demi bangsa dan negara.
Mengibarkan bendera merah putih di depan rumah pada hari-hari besar Nasional sebagai wujud bangga menjadi bangsa Indonesia yang merdeka dari penjajahan kolonial. Bila kita saat ini belum merdeka atas ekonomi dan kehidupan yang layak, perjuangan kita bukan untuk membenci negara (NKRI) tetapi kita berjuang untuk membentuk pemerintahan yang bersih (tidak korup) dan berwibawa serta tegas menghadapi permasalan yang ada.
Penulis berharap, masyarakat luas perlu tahu dan sadar bahwa memperingati kemerdekaan setiap tahun adalah untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah mendirikan negara ini yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan bangga kita menjadi bangsa Indonesia.
Bacalah naskah proklamasi dibawah ini:



Sekali lagi ingat kita bangga untuk negara Indonesia seperti yang ada dalam naskah proklamasi founding father (Soekarno – Hatta) menanda tangani naskah tersebut dengan tulisan:

Atas nama Bangsa Indonesia,
Soekarno – Hatta

Bukan atas nama pemerintah Indonesia, tapi atas nama Bangsa Indonesia.
Sehingga pemerintah orang orangnya bisa ganti dalam kurun waktu 5 – 10 tahun, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah satu kesatuan yang utuh selama lamanya. Maka cintailah dan belalah NKRI.
Selamat memperingati HUT ke 67 Republik Indonesia.
Sekali Merdeka Tetap Merdeka.


Selamat merenungkan artikel ini,
semoga KESADARAN semua pembaca akan membawa kebaikan untuk kehidupan di Indonesia NKRI ini.
Merdeka....




Selasa, 07 Agustus 2012

Unsur Air


SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PARA PEMBACA.
Unsur Air

Seperti yang telah kita bicarakan dalam blog ini posting title: Unsur-unsur yang terdiri dari:Unsur-unsur (dhatu) kita dapat menganalisa dalam cara sebagai berikut:
  1. Unsur tanah dalam jasmani adalah: rambut, bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, kerangka, ginjal, jantung, hati, selaput/membran, limpa, paru-paru, usus besar, usus kecil, makanan dalam perut, tahi/kotoran, dan otak. Semuanya ini dan bagian-bagian jasmani lainnya yang keras/padat dapat digolongkan sebagai unsur tanah (Earth).
  2. Unsur air jasmani adalah: empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, air liur, ingus, minyak persendian, air kencing. Semua bagian jasmani lainnya yang bersifat cair dapat digolongkan ke dalam unsur air (Liquid).
  3. Unsur api dalam jasmani adalah: panas yang membuat jasmani menjadi hangat (yena santappati), panas yang membuat badan menjadi tua dan memburuk (yena jiriyati), panas yang membuat jasmani menjadi demam (yena paridayhati), dan panas karena mencerna apa saja yang kita makan, minum, kunyah, atau kecap (yena asitapi takhayitasayitam sammaparinam gacchati). Apa saja dalam jasmani yang mempunyai sifat panas, dapat digolongkan ke dalam unsur api (Heat)
  4. Unsur angin dalam jasmani adalah: angin yang bergerak ke atas (uddhangama vata), angin yang bergerak ke bawah (adhogama vata), angin dalam perut (kacchisaya vata), angin didalam usus (kotthasaya vata), angin yang bergerak keseluruh anggota jasmani (angamanganusarino vata), dan angin yang keluar dan masuk ketika bernafas (assasopassaso). Bagian lain yang mempunyai sifat bergerak atau bertiup, digolongkan sebagai unsur angin (Wind)
  5. Unsur ruang dalam jasmani adalah: ruang kosong atau rongga dari jasmani, seperti lubang telinga, rongga hidung, rongga mulut, kerongkongan, rongga perut, lubang anus. Apapun bagian jasmani yang berongga adalah juga digolongkan sebagai unsur ruang (Space).


Apakah Air itu makhluk hidup atau makhluk mati?
Masaru Emoto (江本 Masaru Emoto ? , lahir 22 Juli 1943) adalah Jepang penulis dan pengusaha, yang terkenal karena pernyataannya bahwa kesadaran manusia memiliki efek pada struktur molekul air. Hipotesis Emoto telah berkembang selama bertahun-tahun penelitiannya. Awalnya Emoto mengklaim bahwa tinggi kualitas air membentuk kristal yang indah dan rumit, sedangkan kualitas rendah air memiliki kesulitan membentuk kristal. Menurut Emoto, kristal es dari air suling menunjukkan struktur heksagonal dasar tanpa percabangan yang rumit. Emoto mengklaim bahwa perubahan positif terhadap kristal air dapat dicapai melalui doa, musik, atau dengan melampirkan kata ditulis ke wadah air.
Sejak tahun 1999 Emoto telah menerbitkan beberapa volume dari sebuah karya berjudul Pesan dari Air, yang berisi foto kristal air di sebelah esai dan "kata-kata dari niat." Selain buku-bukunya, Emoto juga menjual berbagai produk air dari website dan katalog, yang konon memiliki khasiat penyembuhan yang berasal dari penelitian dan percobaan.
Ide Emoto muncul dalam film dokumenter populer " What the Bleep Do We Know? ". Seperti film, karya Emoto secara luas dianggap pseudosains oleh para profesional, dan dia dikritik karena akan langsung kepada masyarakat dengan klaim menyesatkan yang melanggar dasar fisika , berdasarkan metode yang gagal untuk benar menyelidiki kebenaran klaim. [1] [2 ]

Biografi

Masaru Emoto
江本胜
Lahir
22 Juli 1943 (umur 69)
Yokohama, Jepang
Pendidikan
Yokohama Municipal University,
Buka International University untuk Pengobatan Alternatif ( India )
Istri
Kazuko Emoto
Anak-anak
Tiga
Lahir di Yokohama , Jepang , Emoto lulus dari Yokohama Municipal Universitas dengan program studi dalam Hubungan Internasional . "Pada tahun 1986, ia mendirikan IHM Corporation di Tokyo dan saat ini kepala IHM General Research Institute, Inc, Presiden IHM, Inc, dan wakil kepala IHM yang HADO Fellowship ". [3] Pada tahun 1992 ia menerima sertifikasi sebagai seorang Dokter Pengobatan Alternatif dari Dewan India Obat Alternatif di India , sebuah lembaga unaccredited. [4] [5] "Selanjutnya, dia diperkenalkan dengan konsep mikro-cluster air dan teknologi Analisis Resonansi Magnetik di Amerika Serikat, yang mulai pencariannya untuk menemukan misteri air ". [6]
Emoto adalah Presiden Emeritus dari International Water For Life Yayasan , sebuah 501 (c) (3) organisasi nirlaba yang berbasis di Oklahoma City , didirikan pada tahun 2005. Dia memiliki tiga anak bersama istrinya Kazuko. [7]
Air Emoto percobaan kristal terdiri dari mengekspos air di gelas ke berbagai kata, gambar, atau musik, dan kemudian membekukan dan memeriksa estetika dari kristal yang dihasilkan dengan fotografi mikroskopis. [8] Emoto mengklaim bahwa ada "banyak perbedaan dalam struktur kristal air "tergantung pada jenis sumber air yang diambil dari seluruh dunia. Sebagai contoh, sampel air dari aliran "asli gunung" konon akan menunjukkan "geometris" desain yang "indah" berbentuk ketika membeku. Di sisi lain, "tercemar air" sumber yang seharusnya akan menunjukkan "distorsi pasti" dan akan "secara acak dibentuk". [3]

  Kritik

Komentator mengkritik Emoto untuk mencukupi kontrol eksperimental , [9] dan untuk tidak berbagi rincian cukup pendekatannya dengan komunitas ilmiah. [10] Selain itu, Emoto telah dikritik untuk merancang eksperimennya dengan cara yang membuat mereka terbuka untuk kesalahan manusia yang mempengaruhi Nya temuan. [11]
Dalam pekerjaan sehari-hari kelompoknya, kreativitas para fotografer daripada kekakuan dari percobaan adalah kebijakan eksplisit. [12] Emoto dengan bebas mengakui bahwa dia bukan seorang ilmuwan, [13] dan bahwa fotografer diperintahkan untuk memilih foto yang paling menyenangkan. [14]
Pada tahun 2003, James Randi umum kepada masyarakat Emoto satu juta dolar jika hasilnya dapat direproduksi dalam sebuah studi double-blind. [15]
Pada tahun 2005, Kristopher Setchfield (lulusan dari Castleton State College di Vermont dengan gelar BA dalam Ilmu Kesehatan) menerbitkan kertas [16] yang menganalisis motif yang lebih dalam tentang penelitian Emoto. Dalam makalahnya, Setchfield menulis,
Sayangnya untuk kredibilitas dengan komunitas ilmiah, Dr Emoto menjual produk berdasarkan klaim-klaimnya. Misalnya, halaman produk dari situs Hado Emoto saat ini menawarkan "geometris sempurna" "air Indigo" yang "sangat dituntut konsentrat hexagonally terstruktur," dan diduga menciptakan "air terstruktur" yang "lebih mudah berasimilasi pada tingkat sel" untuk $ 35 untuk sebuah botol delapan ons. Tanpa memberikan referensi penelitian ilmiah untuk kualitas diduga menakjubkan Air Indigo-nya, usaha komersial Emoto panggilan ke pikiran keprihatinan etika tentang maksud dan motivasi-pertanyaan yang tidak akan hadir jika setiap ilmuwan telah dipublikasikan penelitian yang mendukung klaimnya.
Pada tahun 2006, Emoto menerbitkan kertas bersama dengan Dean Radin dan lain-lain dalam jurnal Jelajahi: Jurnal Sains dan Penyembuhan. Mereka menjelaskan bahwa dalam double blind tes sekitar 2000 orang di Tokyo dapat meningkatkan estetika dari air yang disimpan di sebuah ruangan di California, dibandingkan dengan air di ruangan lain, hanya melalui niat positif mereka. [17]

Triple-blind

Sebuah lebih baik dikendalikan "triple-buta" tindak lanjut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Eksplorasi Ilmiah tidak memberikan hasil positif. Lebih dari 1.900 pengikut Pak Emoto difokuskan syukur pada botol air dalam lemari besi selama tiga hari. Air itu kemudian dibekukan dan dibandingkan dengan dua set berbeda kontrol dalam protokol yang sangat rumit. Kristal dari ketiga kelompok tidak, rata-rata dianggap sangat indah (skor 1,7 pada skala 0 sampai 6, dimana 6 sangat cantik). Kristal dari kelompok eksperimen juga dinilai sedikit kurang indah daripada satu set kontrol. Sebuah perbandingan Tujuan kontras tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara sampel. [18]
Ada, Namun, potensi masalah dengan "triple-buta" tindak lanjut. Sebagai studi ini menjelaskan:
Dalam setiap percobaan yang melibatkan niat, maksud dari "peneliti" tidak dapat bersih terisolasi dari orang-orang dari peserta nominal dan ini pada gilirannya membatasi bagaimana seseorang benar harus menginterpretasikan hasilnya. Selain itu, ada banyak derajat kebebasan yang tidak terkendali dalam percobaan yang mungkin telah memungkinkan efek yang tidak diinginkan'''' disengaja merayap masuk Mereka semua melibatkan keputusan manusia, misalnya memilih enam botol khusus air dari populasi besar dari botol yang tersedia, secara acak menugaskan botol untuk tiga kondisi, memilih dan menyiapkan tetes air, menempatkan sampel air drop di dalam freezer, mencari dan memotret kristal es di atas air beku turun pada tingkat perbesaran yang berbeda, memilih salah satu dari serangkaian kemungkinan besar algoritma pengolahan citra untuk memberikan ukuran yang obyektif kontras gambar, dan sebagainya ". [19]
Dokter Harriet A. Hall menulis, tentang ide-ide dari Emoto, bahwa "ini fantasi berair semua sangat menghibur dan imajinatif, penuh New Age merasa-baik kata-kata hampa, holistik kesatuan, peningkatan kesadaran, dan fuzzies hangat; tapi sulit untuk melihat bagaimana ada yang bisa kesalahan itu untuk ilmu ". [1]

Buku

Emoto telah terjual 2 juta kopi buku-bukunya. [20]

Lihat juga

Referensi

1.                              ^ a b Harriet Hall. "Wonderful World Masaru Emoto Air" . Skeptical Inquirer (November / Desember .
2.                              ^ "Pikiran merusakkan" . The Guardian. 16 Mei .
3.                              ^ a b "Masaru Emoto: Biografi & Resources" (HTML) . Diperoleh 2010-03-24. [ diandalkan sumber? ]
4.                              ^ "Kursus" . Buka International University untuk Pengobatan . [ sumber bisa diandalkan? ] [ dead link ]
5.                              ^ Gary Greenberg. "Tidak ada bukti air dapat memahami bahasa manusia" Surat kepada editor, News .
6.                              ^ "Penulis: Masaru Emoto" (HTML). Beyond . Diperoleh 2010-03-24. [ diandalkan sumber? ]
7.                              ^ "Air Internasional Untuk Yayasan Hidup" . Diakses pada 1 Desember 2011.
8.                              ^ "Cara Mengambil Foto Air Crystal" (HTML). . Diperoleh 2011/10/10.
9.                              ^ Dr William A. Tiller , peneliti lain ditampilkan dalam film Apa itu Bleep Do We Know?, telah menunjukkan bahwa percobaan Emoto jatuh pendek dari bukti, sejak percobaan Emoto 'tidak mengontrol untuk salah satu dari tiga faktor kunci dalam pendinginan air 'Tiller, William (2005).. "What the Bleep kita Tahu?! Sebuah Narasi Pribadi" Visi In Action 2 . [ dead link ]
10.                           ^ Mae-Wan Ho. "Crystal Clear - Pesan dari Air" Sains dalam .
11.                           ^ Sebagai contoh, lihat Radin dkk, 2006., halaman 408.
Lihat juga "Air: The Elixir Quantum" New Scientist (2546).. April 8, .
12.                           ^ Lihat kutipan dari sebuah wawancara bulan Februari 2005 oleh Emoto Berita Maui, tersedia di situs web Emoto sini [ dead link ]
13.                           ^ 16 Maret 2005 entri pada buku harian web Emoto, berjudul Dua puluh tiga Visi Casting Diri Sendiri 11 dari Prinsip Yin dan Yang , diambil dari tahun 1994 bukunya. [ dead link ]
14.                           ^ Lihat 2005 wawancara Emoto oleh Ray Hemachandra di Pengecer New Age, di sini , halaman 4.
15.                           ^ Berbicara dengan Air , Komentar, oleh James Randi, 23 Mei 2003.
17.                           ^ Radin, Dean .; Hayssen1, Gail; Emoto, Masaru; Kizu, Takashige (September 2006) "Double-Blind Uji Pengaruh Niat Jauh tentang Pembentukan Air Crystal" . Jelajahi: Journal of Science and Healing 2 (5) : Diperoleh 2008-08-05.
18.                           ^ Spiritualitas & Majalah Kesehatan
19.                           ^ Jurnal Eksplorasi Ilmiah. 4 22: 481-493. 2008.
20.                           ^ Barcelona seminar , 14 September 2006 masuk di website Emoto

  Bacaan lebih lanjut


Dari artikel diatas maka pertanyaan Apakah Air itu makhluk (Benda) hidup atau makhluk (benda) mati?
Jawabannya ada 2 pendapat:
  1. YA dan
  2. TIDAK

Untuk penulis blog ini akan mengarahkan pembaca untuk memahami kalimat paragraf pertama:
Masaru Emoto (江本 Masaru Emoto ? , lahir 22 Juli 1943) adalah Jepang penulis dan pengusaha, yang terkenal karena pernyataannya bahwa kesadaran manusia memiliki efek pada struktur molekul air.

Disitu terdapat pernyataan:
”kesadaran manusia memiliki efek pada struktur molekul air”.

Mengingat kata KESADARAN manusia, maka disinilah letaknya hasil pikiran atau pendapat yang muncul di otak manusia. Pikiran manusia itulah pengendali semuanya. Semisal ada benda itu dianggap baik atau buruk, indah atau jelek, murah atau mahal dan sebagainya semua itu tergantung dari pikiran manusianya masing – masing, maka ini bersifat subyektif, meskipun para ahli barat akan berpendapat bahwa ilmu (science) itu harus obyektif. Sebenarnya pendapat atau pernyataan itu adalah semu atau ambigu, karena ilmu pengetahuan itupun juga bersifat dualitas yaitu subyektif dan obyektif.

Ringkasnya di dunia ini apapun yang ada dalam PIKIRAN manusia itu selalu dan selalu bersifat dualitas (ganda) tidak ada yang hanya obyektif ataupun subyektif saja. Sehingga tidak perlu diperdebatkan benar atau salah, right or wrong dan sebagainya.


Kembali ke pernyataan diatas:
”kesadaran manusia memiliki efek pada struktur molekul air”.

Kesadaran manusia maka disini bukan hanya pikiran tetapi sudah ada dalam lubuk hati yang dalam yaitu unsur inner beauty atau keindahan atau kebagusan dalam hati yang berbicara.
Bila arahnya kesadaran berarti menuju kebaikan bukan kejelekan. Sehingga KESADARAN inilah yang bisa membuat segala sesuatu disekitar kita menjadi baik atau indah. Tidak ada kesadaran untuk menuju kejelekan atau kerusakan.

Dengan demikian apakah Air itu makhluk hidup?
Penulis blog ini menjawab YA.

Apa alasannya?
    1. Air bisa membuat segalanya hidup. Tanaman dengan disiram air menjadi hidup, hewan minum air menjadi sehat, apalagi manusia dengan minum air pasti menjadi sehat. Dengan begitu air adalah makhluk hidup karena bisa menghidupkan tumbuhan, hewan dan manusia.
    2. Dimanapun ilmu kesehatan untuk infus ataupun suntik menggunakan bahan cair (bersifat air) dan bisa membantu kesembuhan pasien yang sakit.
    3. Air punya KESADARAN meskipun hanya sangat sangat kecil, dibanding manusia. Namun demikian air bisa menghidupi manusia bukan?

Selamat merenungkan artikel ini,
semoga KESADARAN semua pembaca akan membawa kebaikan untuk kehidupan di dunia ini.