Selasa, 31 Juli 2012

KETENANGAN DAN KEJERNIHAN BATIN



SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PEMBACA SEMUA
KETENANGAN DAN KEJERNIHAN BATIN

Keadaan dunia sekarang tidak sama dengan keadaannya setengah abad yang lalu. Gagasan mengenai kebaikan dan kejahatan berubah dengan cepat, sikap moral terus menerus perubahan dan pandangan umum manusia sangatlah berbeda.

Kita hidup dalam era yang serba sibuk dan terburu – buru. Ketegangan terasa dimana – mana. Jika anda berdiri di sudut sebuah jalan yang ramai dan sibuk, cobalah amati dengan seksama wajah –wajah orang yang berlalu – lalang melewati anda dengan keadaan yang tergesa – gesa. Anda akan melihat bahwa sebagian besar katakanlah 80 % dari mereka sedang merasa gelisah. Mereka membawa suasana stress dalam dirinya. Kebanyakan dari mereka kelihatan sibuk dan cemas. Jarang sekali anda melihat ketenangan dan kesejukkan pada wajah – wajah mereka itu. Demikianlah keadaan dunia modern.
Dunia sekarang ini ditandai dengan begitu banyaknya ketergesa – gesaan yang menimbulkan pengambilan keputusan yang cepat dan tindakan yang ceroboh. Beberapa orang berteriak saat mereka bisa berbicara dengan nada suara yang normal, yang lainnya berbicara dengan berapi – api untuk waktu yang lama dan mengakhiri suatu percakapan setelah hampir kelelahan. Luapan rangsangan apa pun adalah bentuk stress dalam pengertian ahli fisiologi, dan stress menimbulkan percepatan dalam proses jasmani. 

 Gb. Orang membentak marah
Orang yang sedang mengendarai kendaraan bermotor tidak jarang yang menjadi cemas, resah ketika melihat lampu hijau menjadi kuning. Manusia resah itu menganggap peristiwa lampu itu seperti suatu krisis atau ancaman baginya. Hasilnya adalah orang itu merasa cemas dan tidak bahagia.

 Gb. Orang Cemas

Keistimewaan lain dari dunia modern adalah kebisingannya. “Musik memiliki daya pesona” kata mereka dan bagi kebanyakkan orang sekarang. Musik telah menjadi teman kebisingannya. Semakin keras kebisingannya, semakin hebat musik itu bagi mereka. Mereka yang tinggal di kota – kota besar tidak memiliki waktu untuk memikirkan kebisingannya itu, mereka telah terkondisi dan terbiasa dengannya. Kebisingan, stress dan ketegangan ini telah menimbulkan banyak kerugian melalui berbagai macam penyakit – penyakit jantung, kanker, lambung, ketegangan saraf dan insomnia (penyakit susah tidur). 



 

Kebanyakan penyakit kita disebabkan oleh kecemasan, ketegangan syaraf, tekanan ekonomi dan kegelisahan emosi – semua itu adalah hasil dari kehidupan modern.

Kelelahan jiwa kita semakin meningkat dengan semakin cepatnya hidup kita. Orang yang sering kali pulang ke rumah setelah bekerja dengan perasaan cemas. Sebagai akibat konsentrasi mereka menjadi lemah dan efisiensi jasmani dan rohani mereka menjadi semakin rendah. Orang menjadi mudah tersinggung dan cepat menemukan kesalahan dan terlibat dalam suatu perselisihan. Ia menjadi salah konsentrasi dan merasa nyeri, sakit, menderita darah tinggi dan sulit tidur. Gejala – gejala kelelahan mental ini jelas menunjukkan bahwa tubuh dan jiwa orang modern butuh istirahat – istirahat semaksimal mungkin.

Dalam ilmu psikologi, untuk menenangkan pikiran disarankan kita menghindari dari tempat – tempat bising atau penuh keramaian dan kesibukan, dan menghindari pikiran dari kesibukan hidup mutlak untuk menjaga kesehatan mental kita. Kapan pun kita sempat, cobalah pergi ke luar kota dan melakukan perenungan dengan tenang. Ketenangan dan keheningan itu sangat berguna bagi kita. Belajarlah untuk mengamati keheningan. Tidak benar jika membayangkan bahwa yang berkuasa adalah mereka yang ribut, banyak cakap dan sibuk bicara. Ingat Diam adalah emas, dan kita berbicara hanya ketika kita bisa meningkatkan keheningan. Energi kreatif terbesar dalam bekerja adalah keheningan. Penting untuk mengamati keheningan.
Contoh: setiap orang mulai dari anak – anak sampai dewasa ketika mereka ada ujian akhir sekolah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, disadari atau tidak disadari, di tempat mereka ujian akan di pampang tulisan: HARAP TENANG ADA UJIAN. Maksud tulisan itu adalah menciptakan suasana tenang dan hening supaya orang yang ujian bisa berkonsentrasi. Andai pada saat itu anda melakukan orasi, teriak – teriak, membuat gaduh, pasti anda akan di usir karena dianggap mengganggu ketenangan dan keheningan dari orang yang ujian. Anda pasti dianggap pengganggu.

Jadi dari contoh diatas anda pembaca tentunya bisa mengerti dan paham bahwa tidak dengan teriak – teriak apalagi dengan menggunakan pengeras suara, anda akan dapat keheningan atau kemudahan dalam konsentrasi.

Percaya atau tidak percaya bahwa sebagian besar kalau tidak boleh seluruhnya  para ahli pikir, orang – orang bijak, orang – orang pilihan seperti brahmana, pendeta, pandhito, nabi, rasul dalam agama dan sosial kemasyarakatan mereka mendapatkan wahyu, petunjuk, wangsit, atau apapun namanya lewat Perenungan dalam Keheningan. Proses perenungan atau keheningan yang mereka lakukan bisa disebut: Meditasi, yoga, samadhi, semedi, tahanut, I’tikaf, bertapa, topo atau sebutan lainnya. Tujuan mereka hanya satu menciptakan suasana keheningan. Dalam keheningan dia bisa berpikir jernih, bersih dan tidak terkotori pikirannya. Singkatnya, dengan keheningan akan mudah menciptakan titik konsentrasi. Tempat mereka melakukan perenungan pasti berada di tempat – tempat sepi, jauh dari keramaian dan kebisingan manusia umum seperti di gua – gua, hutan – hutan  , dan gunung – gunung yang terpenting jauh dari kebisingan. 

 Gb. Orang meditasi

Dari keterangan diatas apakah anda pembaca bisa menemukan contoh nyata dalam sejarah atau kisah kisah dari orang – orang yang anda kagumi, hormati, sanjung, puja, atau di idolakan (istilah anak muda), bahwa orang itu mendapat petunjuk atau wahyu itu dalam bersemedi, meditasi, tahanut di dalam gua, hutan, dan gunung?

Bila anda jawab “YA” berarti anda telah meningkat pengetahuan anda. Sekarang arahkan pikiran anda untuk mengamati lebih dalam pada  orang yang bersemedi, meditasi  atau tahanut. Untuk lebih komunikatif kata meditasi kami ganti dengan merenung.

Sekarang jawab beberapa pertanyaan berikut:
1.            Mengapa ia merenung?
2.            Dimana ia merenung?
3.            Kapan ia merenung?
4.            Apa yang ia ucapkan dalam merenung?
         Apakah do’a – do’a, apakah mantra – mantra?
5.            Untuk apa ia merenung?
6.            Siapa yang merenung?

Bila anda sudah bisa menjawab berarti sudah semakin meningkat pola pikir anda. Sekarang mari kita analisa satu persatu pertanyaan diatas.

1.      Mengapa ia merenung?
Tentunya ada satu hal yang berlawanan (konflik) dengan apa yang ada di dalam pikiran pelaku dengan yang diluar pikiran pelaku misal: keadaan yang ada di masyarakat. Disini pikiran pelaku kontradiksi dengan yang ada dipikiran luar pelaku atau di masyarakat. Contoh: di suatu masyarakat satu kelompok bersenang – senang / foya – foya sementara di satu kelompok hidup susah. Ada orang yang mengamatinya yaitu pelaku yang merenung. Pikiran si perenung pasti bertanya – tanya kenapa, mengapa orang – orang tidak memikir yang lain, satu susah satu senang. Untuk mencari jalan keluarnya si perenung melakukan perenungan supaya mendapat petunjuk atau arahan cara untuk mengatasinya.

2.      Dimana ia merenung?
Tentu saja si perenung mencari tempat yang sepi, hening supaya mudah mendapatkan petunjuk atau ilham. Sehingga tidak terganggu oleh kebisingan masyarakat yang berfoya – foya. Si perenung mencari tempat dalam gua, hutan, gunung, atau tepi pantai. Si perenung dapat ketenangan pikiran terlebih dahulu dan terus waspada mengamati yang ada dipikirannya.

3.      Kapan ia merenung?
Waktu perenungan bisa sesuai dengan si perenung sendiri, tapi secara umum keheningan itu ada di malam hari. Kenapa? Karena dimalam hari tenang, tidak terlalu gaduh, binatang malam mulai berbunyi menambah mantap keheningannya secara alami. Dalam dunia ilmu frekwensi gelombang, gelombang di malam hari lebih jernih dan baik untuk  memancarkan siaran lewat  radio, televisi, atau alat komunikasi lainnya. Maka tak heran jika malam hari itu baik untuk merenung. Di masyarakat kita kenal dengan istilah renungan suci, renungan malam. Semua dilakukan di malam hari khusunya tengah malam.

4.      Apa yang ia ucapkan dalam merenung? Apakah doa – doa apakah  mantra – mantra?
Pertanyaan ini sangat pelik dan sensitive. Karena menyangkut masalah istilah doa’a atau mantra, pasti sudah di kotak kotak menurut keyakinan atau pegangan hidup yang orang  miliki sekarang. Kelompok A pasti tidak mau menggunakan cara atau do’a kelompok B, sedang kelompok B tidak akan mau menggunakan seperti kelompok A.  dan itu juga berlaku dengan kelompok C, D, atau sampai Z sekalipun. Pasti tidak mau.
Sekarang, mari kita analisa secara jernih. Adanya do’a – do’a atau mantra – mantra itu berasal dari kitab atau buku – buku suci dari kelompok masing – masing. Kitab atau buku – buku suci itu merupakan hasil kumpulan dari petunjuk, ilham, wangsit atau wahyu dari si perenung selama melakukan perenungan. Selama menerima panggilan “suci” atau wahyu, ilham, wangsit hasilnya ditulis  dalam buku yang akhirnya dianggap sebagai “kitab suci”. Isi kitab suci itu meliputi do’a – do’a atau mantra – mantra petunjuk – petunjuk lain yang harus diyakini dan di jalankan oleh pengikut kelompok tersebut.
Kini kita kembali ke pertanyaan : Apa yang ia ucapkan dalam merenung? Apakah do’a atau mantra seperti yang ada di buku – buku suci yang dianut pengikutnya sekarang? Jawabnya : “TIDAK”.
Kenapa? Karena do’a atau mantra yang ada di buku suci itu hasil dari si perenung saat dia merenung. Sehingga sebelum dia mendapatkan hasil dari perenungan itu yang namanya do’a  atau mantra  atau petunjuk yang ada dibuku suci itu belum ada.

Coba pahami lebih dalam dan renungkan jawaban diatas!

Tentu saja si perenung mengucapkan atau bahkan tidak mengucapkan apa – apa. Kalaupun mengucap pasti sekitar apa yang ia renungkan dengan menggunakan bahasa si perenung sendiri. Bisa bahasa Arab, Indonesia, Pali, Sansekerta, Persia, Inggris, Mexico,  Afrika bahkan bisa jadi Bahasa Jawa, atau Cina sesuai dengan bahasa asli si perenung sendiri. Andai si perenung mengucap pasti sekitar permasalahan yang direnungkan. Misal:
“ ………….. mengapa masyarakat hidup begini? Harus bagaimana mengatasinya? Aku harus bagaimana?  Semoga aku mendapat petunjuk untuk mengatasinya . Biar masyarakat menjadi hidup tentram dan damai………”

Kalimat diatas tentunya diucapkan dalam batin si perenung sambil terus menerus berkonsentrasi agar bisa mendapatkan jalan  pemecahan persoalan yang ada di masyarakatnya.

Karena dalam perenungan bukan ucapan yang diutamakan tapi niat yang kuat didalam pikiran itu sendiri. Dengan demikian anda pembaca tidak perlu berdebat mengenai apa ucapan atau do’a yang dipakai dalam proses merenung, tapi konsentrasikan atau pusatkan  pikiran anda pada tujuan utama untuk merenung.

5.      Untuk apa ia merenung?
Tentunya ia merenung untuk tujuan sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran si perenung. Semisal seperti contoh dalam ucapan di proses merenung (no. 4) “ ………Biar masyarkat menjadi tentram dan damai …………”
Tentunya perenungan tujuannya untuk kearah kebaikan dan bukan untuk arah kejahatan dalam hidup sehari –hari.

6.      Siapa yang merenung?
Tentu saja orang yang melakukan perenungan dulunya adalah para ahli pikir, tokoh – tokoh, orang – orang bijak, orang – orang besar seperti brahmana, pendeta, avatar, arahat, nabi, rasul dan lain sebagainya. Mereka adalah orang yang berjiwa besar, berwawasan luas, dan manusiawi. Pasti orang yang merenung adalah orang bijak. Bukan orang - orang yang suka kekerasan atau permusuhan sesama umat manusia dalam hal perkara – perkara yang tidak terlalu penting untuk kedamaian dan ketentraman hidup, seperti yang sering terjadi di masyarakat kita saat ini.

Setelah anda pembaca memahami paparan diatas, kami penulis yakin bahwa anda sekarang  menjadi orang yang lebih bijak dan mau berbuat baik untuk kesejahteraan dan kedamaian umat manusia di dunia ini tanpa berprasangka buruk pada  pihak lain meski agama, suku, adat istiadat berbeda.


 
“SILENCE IS GOLDEN, SPEECH IS SILVER “
“ DIAM ADALAH EMAS, BICARA ADALAH PERAK”

“THERE IS TIME TO TALK, THERE IS TIME TO SILENCE”
“ ADA WAKTU BICARA, ADA WAKTU DIAM “

“CONTROL YOUR MIND TO BE CALM “
“ARAHKAN PIKIRANMU AGAR TENANG “



Senin, 30 Juli 2012

HIDUP ADALAH MENANAM DAN MENUAI

SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PARA PEMBACA
HIDUP ADALAH MENANAM DAN MENUAI

Manusia senang sekali bila mendengar berita baik
Dan manusia sedih sekali bila mendengar berita buruk.
Manusia senang sekali bila dido’akan akan keberhasilan ataupun keberuntungan serta kebaikan
Namun manusia sedih, cemas dan takut bila dido’akan akan kemalangan ataupun ketidakberuntungan serta kejelekan.

Itulah sifat sifat manusia pada umumnya.

Tanpa disadari, orang meminta do’a kebaikan atau keberuntungan dari orang yang bijak sekalipun, bila orang atau manusia (yang minta do’a) tidak berusaha dan berusaha untuk berbuat baik dan baik untuk orang lain, maka keberuntungan itupun tidak akan datang kepadanya. Selama manusia itu berbuat jahat dan jahat kepada orang lain, maka keberuntungan akan jauh dan jauh dari manusia itu.

Zhong Duo De Duo
Kita Menanam kacang hijau
Menuai kacang hijau

KITA MENUAI dari apa yang KITA TANAM

Maknanya:
Segala perbuatan yang anda lakukan akan berakibat pada diri anda,
Lakukan yang terbaik, agar anda mendapatkan hasil yang baik pula.


Artikel ini untuk renungan pagi hari. 
Semoga pagi ini semua pembaca selamat dan berbahagia.



UNSUR-UNSUR


  Source: 3dscience.com
SEMOGA SELAMAT DAN BERBAHAGIA PARA PEMBACA
UNSUR-UNSUR
Manusia secara umum terdiri 2 bagian yaitu jasmani dan rohani. Pada pembicaraan unsur-unsur ini kita lebih menekankan pada sifat-sifatnya dari pada asal usulnya. Bagian tubuh jasmani yang keras/padat digolongkan sebagai unsur tanah (Pathavi-dhatu), bagian yang cair sebagai unsur air (Apo-dhatu), bagian yang panas/hangat sebagai unsur api (Tejo-dhatu) dan bagian yang bergerak digolongkan unsur angin (Vayo-dhatu).
Unsur-unsur (dhatu) kita dapat menganalisa dalam cara sebagai berikut:
  1. Unsur tanah dalam jasmani adalah: rambut, bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, kerangka, ginjal, jantung, hati, selaput/membran, limpa, paru-paru, usus besar, usus kecil, makanan dalam perut, tahi/kotoran, dan otak. Semuanya ini dan bagian-bagian jasmani lainnya yang keras/padat dapat digolongkan sebagai unsur tanah (Earth).
  2. Unsur air jasmani adalah: empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, air liur, ingus, minyak persendian, air kencing. Semua bagian jasmani lainnya yang bersifat cair dapat digolongkan ke dalam unsur air (Liquid).
  3. Unsur api dalam jasmani adalah: panas yang membuat jasmani menjadi hangat (yena santappati), panas yang membuat badan menjadi tua dan memburuk (yena jiriyati), panas yang membuat jasmani menjadi demam (yena paridayhati), dan panas karena mencerna apa saja yang kita makan, minum, kunyah, atau kecap (yena asitapi takhayitasayitam sammaparinam gacchati). Apa saja dalam jasmani yang mempunyai sifat panas, dapat digolongkan ke dalam unsur api (Heat)
  4. Unsur angin dalam jasmani adalah: angin yang bergerak ke atas (uddhangama vata), angin yang bergerak ke bawah (adhogama vata), angin dalam perut (kacchisaya vata), angin didalam usus (kotthasaya vata), angin yang bergerak keseluruh anggota jasmani (angamanganusarino vata), dan angin yang keluar dan masuk ketika bernafas (assasopassaso). Bagian lain yang mempunyai sifat bergerak atau bertiup, digolongkan sebagai unsur angin (Wind)
  5. Unsur ruang dalam jasmani adalah: ruang kosong atau rongga dari jasmani, seperti lubang telinga, rongga hidung, rongga mulut, kerongkongan, rongga perut, lubang anus. Apapun bagian jasmani yang berongga adalah juga digolongkan sebagai unsur ruang (Space).
Bila kita sudah bisa memahami bagian jasmani seperti tersebut diatas, masihkah kita merasa setiap manusia merasa dirinya sendirilah yang paling unggul di antara sesama manusia? Atau dengan kata lain manusia mengagung-agungkan dirinya sendiri, “ke-aku-annya” sendiri sehingga manusia tanpa sadar telah terjebak dengan kepemilikannya atau bersifat possessive terhadap semua yang ada pada dirinya sehingga manusia dengan mudah mengatakan “ini milikku” atau “itu milikku”.
Adalah cukup wajar bagi setiap orang bila melekat (attachment) pada jasmaninya, menganggapnya sebagai “dirinya”. Kalau kita amati lebih dalam tidak lain semua itu hanya terdiri dari unsur tanah, air, api, angin dan unsur ruang.
Sekarang analisalah dengan cara ambil satu persatu bagian unsur tadi dan apabila kita kehilangan salah satu unsur yang ada maka kita akan jadi sakit atau paling akhir adalah kematian adanya. Andai kita kekurangan air maka kita perlu diinfus. Kalau kita kekurangan angin (nafas) maka kita harus diberi oksigen lewat tabung. Dan bila semuanya tidak dapat mencukupi sesuai ukurannya maka hilanglah fungsi unsur-unsur tadi dan kematianlah titik akhirnya.
Kemelekatan kita kepada jasmani itulah yang perlu kita kurangi secara bertahap sampai pada titik keseimbangan.  Karena Ego atau ke-aku-an yang terlalu berlebihan akan membawa kesengsaraan dalam hidup ini untuk mencapai pencerahan atau penerangan dalam hidup ini.
Anda pembaca dapat berlatih untuk menganalisa unsur-unsur dengan mengikuti cara diatas atau anda dapat menggunakan cara-cara ilmu pengetahuan modern seperti membagi-bagi semuanya sampai menjadi molekul-molekul atau atom-atom bahkan menjadi netron. Setelah anda memisah-misahkan setiap unsur, akhirnya anda akan menemukan bahwa apa yang anda klaim atau anggap sebagai “AKU”, MILIKKU” tidak lain hanyalah ruang kosong (hampa). Hanyalah ruang kosong dan tidak diketemukan aku, milikku, atau diriku.
Analisa dengan cara memisah-misahkan unsur-unsur ini adalah salah satu cara yang digunakan untuk melepaskan kemelekatan kepada jasmani ini yang diwujudkan sebagai aku, milikku, dan diriku. Keadaannya sama dengan orang-orang atau benda-benda yang ada diluar kita, dimana mereka memiliki unsur-unsur dan sifat-sifat alamiah yang sama. Dengan demikian maka anda pembaca dapat melepaskan kemelekatan terhadap orang-orang atau benda-benda serta dapat melepaskan pemikiran tentang diri (SELF). Pikiran kemudian dapat menjadi tenang dan stabil.
Ini adalah salah satu cara untuk melatih Ketenangan. Baik perhatian/kesadaran terhadap jasmani dan menganalisa terhadap unsur-unsur, keduanya akan memberikan Ketenangan yang bersatu dengan Pandangan Terang (INSIGHT). Pandangan Terang ini akan timbul tanpa disadari, diluar analisa, ketika unsur-unsur tersebut telah dapat dilihat dengan jelas sebagaimana mereka adanya – tak ada makhluk, tak ada orang, tak ada diriku, atau diri mereka. Pikiran yang sebelumnya melekat dan menderita karena pandangan tentang keakuan dan kemilikan, kemudian menjadi tenang. Faktor inilah yang bisa membawa anda menuju kepada ketenangan dan kesejukan batin. 

Motto Blog ini:
"WE ARE ALL HUMAN AT THE SAME LEVEL"

This article quoted from:
 
----- Sastrojendro – Ilmu Pengendali -----
Judul Asli: Mengenal Diri – Knowing the Self
Cover +4, xiii, 405 pages: 21 cm.
i. Judul                    ii. Achmad Baihaqi
iii. Isi
Copyright © 2009  Hak Cipta pada Penulis
Dilarang memperbanyak tanpa seizin penulis.




KATA MUTIARA YANG KEHILANGAN MAKNA

SEMOGA SELAMAT DAN BAHAGIA PARA PEMBACA

Peribahasa / Kata Mutiara Yang Kehilangan Makna

Peribahasa atau kata mutiara yang kehilangan makna disini dimaksudkan adalah ada ungkapan peribahasa yang sudah terlupakan atau sengaja dilupakan dan  tidak lagi dipakai oleh masyarakat setempat karena faktor – faktor lain yang telah melupakannya. Ini menjadikan masyarakat seakan liar atau tidak mempunyai rasa sopan dan santun dan lebih parah lagi masyarakat dianggap tidak memiliki budi pekerti luhur. Ini sesuatu yang sangat memprihatinkan sekali dalam kehidupan bermasyarakat di nusantara (Indonesia) pada awal abad 21 (duapuluh satu).
Bahkan banyak juga ungkapan peribahasa atau kata bijak yang diubah semacam lelucon atau jenaka namun pengungkapannya tidak mengarahkan generasi pada penanaman budi pekerti luhur sehingga ungkapan peribahasa itu yang dulunya menunjukkan kesatuan sebagai kekuatan melemah menjadi kata biasa yang kehilangan makna. Contoh:

“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh

Makna aslinya dengan bersatu kita bisa kuat atau menang dalam masa perjuangan penjajahan, bila bercerai secara individu menjadikan lemah mudah untuk ditaklukkan atau dikalahkan oleh musuh.  Kenyataan sekarang yang ada ungkapan itu diubah menjadi lelucon:
“Bersatu kita teguh, bercerai kita kawin lagi

Ini sejenis perverb dalam bahasa Inggris. Makna ungkapan tersebut menjadi ungkapan orang berumah tangga saja antara suami isteri bila bersatu tetap utuh, bila bercerai maka mencari pasangan lagi. Kenyataan ini menanamkan moral bahwa bercerai dan kawin lagi begitu mudah dicapai atau dilakukan. Cocok menikah tidak cocok bercerai. Bila ini berlanjut terus maka menciptakan generasi yang mudah melecehkan atau kurang menghargai tatanan hidup masyarakat yang berbudi pekerti luhur.
Kelemahan lain dari perkembangan peribahasa ditanah air karena peribahasa hanya dipelajari di bangku pendidikan dan terbatas pada pelajaran Bahasa Indonesia. Selain di dalam mata pelajaran ungkapan peribahasa semestinya menjadi pengetahuan wajib diketahui oleh seluruh masyarakat dalam usaha membentuk pembangunan karakter bangsa yaitu melalui media masa terutama media televisi dan radio. Mengapa harus televisi dan radio?
Alasannya adalah karena karakter bangsa kita Indonesia masih suka menonton atau melihat dan mendengar saja. Karakter membaca dan menulis itu masih jarang walau teknologi sudah maju. Ini terbukti dengan adanya banyak para ilmuwan khususnya sarjana yang menjiplak karya tulis atau risetnya sehingga gelar keilmuannya dicopot dianggap tidak sah. Sebaliknya berapa orang yang suka menonton televisi akan lebih banyak dan membudaya di rumah – rumah terutama menonton drama –drama seri cerita picisan. Sehingga Inilah alasan mengapa media televisi lebih diutamakan untuk penyebaran peribahasa sebagai nation character building.
Sedangkan media radio banyak didengarkan juga terutama didaerah yang tidak terjangkau dengan siaran televisi. Melalui radio penyiar dapat menyebarkan pesan moral untuk nation character building. Sehingga dituntut setiap stasiun radio memberikan ungkapan peribahasa yang bisa membangkitkan semangat dalam hidup seperti yang telah dimiliki radio dengan ungkapan:

“sekali diudara tetap di udara,
sekali merdeka tetap merdeka”
Inilah Radio Republik Indonesia.....

Biasanya ungkapan ini disiarkan  pada penutupan atau akhir siaran stasiun radio tersebut.
Makna ungkapan tersebut adalah dalam keadaan apapun siaran radio tetap harus dipertahankan demi menyebarkan semangat perjuangan bangsa ini di masa penjajahan. Namun ungkapan itu tidak dikenal oleh sebagian besar rakyat atau masyarakat sekarang ini karena kurangnya informasi penyiaran ungkapan peribahasa itu sendiri oleh stasiun radio di Indonesia. Apalagi radio swasta tanpa menggunakan ungkapan seperti itu. Mereka cenderung menyitir ungkapan dari dari kelompok tertentu yang mana tidak bisa lagi dimiliki secara umum oleh masyarakat pendengar. Inilah kelemahan dasar yang perlu disadari oleh stasiun radio agar nation character building dapat terwujud. Sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang beradab dan berbudi pekerti luhur.
Berikut ungkapan peribahasa, kata – kata mutiara atau kata – kata bijak atupun perumpamaan dari berbagai negara yang bisa dijadikan sebagai bahan nation character building beserta penjelasan dan maknanya:



 
A bad workman always blames his tools
Pekerja yang tidak pandai selalu menyalahkan peralatannya.

Maknanya:
Orang yang kurang terampil sering kali berlagak atau bergaya seperti orang pintar akan selalu menyalahkan pihak lain (peralatan) untuk menutupi kekurangannya atas kecerobohannya.

Penjelesan:
Banyak dimasyarakat kita ini selalu menyalahkan pihak lain apabila ada kesalahan atau kecerobohan di dalam perilaku yang telah dibuatnya sendiri. Kebiasaan ini menjadikan orang sering kali saling tuding atau saling serang kepada pihak lain untuk menutupi kekurangannya.

Contoh:
Ada kecelakaan alat transportasi yang berakibat fatal dan menelan banyak korban jiwa.
Maka kalimat yang sering dimunculkan oleh pejabat berwenang selalu dengan bahasa Eufisme (bahasa halus lain) sebagai penggantinya biar kelihatan tidak kasar:

Kecelakaan ini karena human error

Kata “human error” ini merupakan kalimat penghalus untuk menutupi bahwa sebenarnya kecelakaan itu juga disebabkan oleh tidak layaknya peralatan transportasi yang ada karena sudah tua jenis kendaraannya sehingga tidak layak jalan. Semestinya penguasa betul –betul mengecek alat transportasi sehingga tidak menimbulkan korban kecelakaan yang merugikan orang banyak.

Kebiasaan semacam ini akan mengajarkan moral pada generasi terbiasa untuk menyalahkan pihak lain untuk menutupi kekurangannya atas kecerobohannya. Janganlah diajarkan atau dibiasakan pada anak didik sejak dini kebiasaan untuk menyalahkan orang lain sebelum mengoreksi apa kesalahan sendiri dulu.
Contoh lain:
Ini sering terjadi dimana – mana terutama dalam bentuk kelompok,baik disekolah atau di organisasi. Ketika ada tugas kelompok untuk dikerjakan 5 – 6 orang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan kebiasaannya yang bekerja hanya 1 atau 2 orang saja sedang yang lain menunggu hasilnya saja. Ketika waktu untuk mengumpulkan tiba maka yang terjadi pekerjaan tidak selesai dan muncul saling menyalahkan satu sama lain karena tidak ada kerja sama yang baik dalam tim kelompok tersebut.
Kebiasaan ini harus dihindarkan sejak dini kepada semua orang baik yang muda maupun yang tua. Bila kebiasaan menyalahkan orang lain terus digunakan maka ini menjadi kebiasaan buruk yang berkepanjangan.
Sehingga ajarkan pada anak – anak sejak dini dengan ungkapan bijak:
Do not break the mirror if you see your face bad
Jangan pecahkan cermin kaca kalau kelihatan wajah anda jelek.

Maknanya:
Jangan dibiasakan menyalahkan orang lain bila ada sesuatu yang buruk atau tidak enak menimpa diri anda.

Inilah satu ajaran moral yang berguna untuk nation character building.



 
 
 Do not break the mirror if you see your face bad 
Jangan pecahkan cermin kaca kalau kelihatan wajah anda jelek.
Kebiasaan buruk sejak kecil sering menyalahkan pihak lain bisa menumbuhkan sifat iri ataupun dengki, ungkapan peribahasa yang ada adalah:
Envy never enriched any man.
Kedengkian belum pernah membuat kaya siapapun.

Maknanya:
Janganlah sekali kali kita dengki terhadap keburuntungan orang lain, karena hal yang demikian itu hanya akan menimbulkan kesengsaraan dalam jiwa kita sendiri.

Penjelasan:
Iri,dengki perasaan negatif terhadap orang lain tidaklah pantas kita pelihara dalam jiwa. Selama kita masih percaya bahwa Tuhan selalu memberikan keuntungan atau berkah kepada umatnya, maka sejak ini pula kita tidak pantas memelihara kebiasaan buruk bersifat iri dan dengki terhadap keberuntungan, keberhasilan siapapun. Dan Tuhan pasti juga akan memberikan keberuntungan pada diri kita.
Contoh:
Ada orang yang berhasil atau sukses sehingga kehidupannnya enak dari kita. Maka sifat kita sebaiknya merasa bersyukur bahwa kehidupan orang disekitar kita juga lebih baik. Mengapa demikian? Karena bila kehidupan masyarakat disekitar kita kurang beruntung, maka itu akan berpengaruh pada diri kita juga, bahkan bisa jadi kita harus bertanggung jawab terhadap keburukan atau ketidak beruntungan orang – orang disekitar kita juga.
Dengan demikian kita harus berkeyakinan bahwa:

Help yourself, God will help you
Tolonglah dirimu sendiri dan Tuhan pasti akan menolongmu.

Maknanya:
Orang harus berani bekerja keras dan berusaha sebaik –baiknya terlebih dahulu, baru kemudian menikmati hasil semua jerih payah itu.

Dengan begitu kebiasaan kita yang bermalas malasan atau berpangku tangan sebaiknya dibuang jauh jauh. Mulai sekarang bangkit untuk berjuang bekerja keras dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan pasti akan memberikan keberuntungan atau berkah pada diri kita. Ini sesuai dengan ungkapan yang kita miliki:

Berakit rakit ke hulu, berenang – renang ketepian
Bersakit – sakit dahulu bersenang senang kemudian.

Maknanya:
Orang kalau mau berhasil dalam segala hal apapun harus berjuang keras sampai diibaratkan harus sakit terlebih dulu dan yakin kita akan mendapatkan imbalan dari jerih payah yang telah kita lakukan.
 
Sehingga mulai sekarang kita harus berjuang menuju keberhasilan dalam segala bidang dengan cara yang baik dan benar atau halal. Mengapa demikian? 

 DiKutip dari:
KOREKSI KEHIDUPAN melalui
BUDI PEKERTI LUHUR DALAM PERIBAHASA
       Self – Reflection through Glorious Moral Values of Proverbs
Copyright by KISS – August  2010




PERIBAHASA (PROVERBS)


SEMOGA SELAMAT DAN BAHAGIA PARA PEMBACA
Peribahasa (Proverb)

Kata mutiara atau kata bijak bisa berbentuk peribahasa. Peribahasa dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Proverb, yang mana kata inipun berasal dari bahasa Latin Proverbium yaitu kata – kata konkrit dan sederhana yang dikenal secara berulang – ulang untuk mengungkapkan suatu kebenaran berdasarkan logika umum sebagai pengalaman praktis dalam hubungan kemanusiaan. Kata – kata ini sering kali pula disebut sebagai  metaforis yaitu Pengungkapan berupa perbandingan analogis untuk mengungkapan gambaran tentang perilaku seseorang atau sesuatu yang dianggap kurang cocok dalam lingkungan masyarakat. Peribahasa  menggambarkan hukum dasar dari tingkah laku dan umumnya berlaku sesuai dengan budaya yang ada di masyarakat. Peribahasa merupakan motto sebagai aturan dan prinisip dalam hidup dimasyarakat  yang tidak tertulis namun itu tetap berlaku sebagai cambuk atau pengingat bagi manusia yang melakukan perbuatan yang dianggap melanggar adat ataupun budaya di lingkungannya.
Ilmu yang mempelajari peribahasa disebut: paremiologi (dari bahasa Latin – paroimia – [peribahasa] – logos – ilmu) dan ini bisa ditelurusi ke masa – masa dulu jaman Aristotle. Sebaliknya Paremiografi adalah kumpulan kata kata mutiara. Seorang ahli peribahasa yang terkenal dari Amerika yaitu Wolfgang Mieder telah menulis dan mengedit lebih dari 50 buku peribahasa dan menulis artikel mengenai peribahasa yang mana peribahasa tersebut sering disitir (dipakai) oleh para ahli lainnya. Mieder mendifinisikan istilah peribahasa sebagai berikut:
Peribahasa adalah kalimat pendek yang dikenal dimasyarakat yang mengandung ajaran bijak, kebenaran, moral dan tradisi dalam bentuk metaforis, mudah diingat dan pasti dan diajarkan turun temurun dari generasi ke generasi.

[A proverb is a short, generally known sentence of the folk which contains wisdom, truth, morals, and traditional views in a metaphorical, fixed and memorizable form and which is handed down from generation to generation]
—Mieder 1985:119; juga dalam Mieder 1993:24

Berikut contoh peribahasa dalam bentuk perbandingan:
Dalam bahasa Inggris:
·         As busy as a bee (sibuk seperti lebah)
Dalam bahasa Jawa:
·         Seser koyo kitiran (berputar cepat seperti baling – baling)
Dalam bahasa Indonesia:
·         Otak udang (=berarti bodoh)

Subkategori yang lain dalam peribahasa adalah wellerisme, ini berasal dari nama Sam Weller dalam buku Charles Dickens The Picwick Papers (1837).  Wellerisme dibentuk dengan menggabungkan tingkah laku dalam pernyataan peribahasa dan umumnya itu tidak diharapkan dalam situati biasa atau normal. Contoh:

“Every evil is followed by some good,”
“Setiap kejahatan pasti ada kebaikannya”
Arti lainya adalah Tiap tiap celaka ada gunanya. Ini berarti orang akan insaf bila sudah mendapatkan celaka pada dirinya.

Kategori lainnya yang disebut anti-proverb (Mieder and Litovkina 2002 yaitu Perverb. Disni orang membuat peribahasa sebagai lelucon dan biasanya berlawanan dengan peribahasa yang telah ada. Contoh:
·       "Nerds of a feather flock together", kalimat peribahasa yang asli adalah:
·       "Birds of a feather flock together"
     “Burung yang warna bulunya sama terbang bersama-sama”
Bila kata birds diganti nerds mempunyai arti orang – orang yang bodoh, sehingga peribahasa diatas artinya:
·       “Orang bodoh akan berkumpul orang yang bodoh pula”
Tujuannya untuk menyindir orang – orang yang kurang pandai pasti kumpul orang yang kurang pandai.
Contoh lain:
·       "Early to bed and early to rise makes a man healthy, wealthy, and likely to talk about it,"  kalimat peribahasa yang asli adalah:
·       "Early to bed and early to rise makes a man healthy, wealthy, and wise," 
“Cepat tidur dan cepat bangun menjadikan orang sehat, makmur dan bijaksana”
Perverb biasanya dituliskan pada pakaian seperti kaos contoh dalam tulisan:
"If at first you don't succeed, skydiving is not for you."
“Jika pertama kali kamu gagal, meloncat dari langit bukanlah untukmu”
Ini merupakan perverb nasihat agar bila kita berusaha sekali tidak berhasil janganlah cepat menyerah atau bunuh diri dengan meloncat dari gedung tinggi atau tower listrik, dan telepon seluler yang sekarang lagi ngetren di kalangan masyarakat Indonesia. Punya masalah, tidak bisa memecahkan, bunuh diri dengan cara terjun dari tempat ketinggian.
Pertanyaannya sekarang dimana letak  kata – kata bijak atau kata – kata mutiara yang bisa memberikan semangat hidup pada masyarakat kita Indonesia, bila sedikit ada masalah bunuh diri adalah jalan keluarnya.
Dalam buku inilah akan dikupas tuntas contoh – contoh peribahasa yang layak untuk tuntunan hidup bermasyarakat secara damai dan santun dalam rangka menciptakan “Nation Character Building” membangun karakter bangsa yang telah luntur. Dan penulisan buku ini dengan judul Kata Mutiara / Peribahasa Yang Kehilangan Makna mengupas apa – apa saja kata bijak yang telah hilang dalam perilaku di masyarakat Indonesia.

Penulisan peribahasa biasanya menggunakan bentuk – bentuk gaya bahasa seperti:

·            Aliterasi :

Forgive and forget – (Inggris)
Ada air ada ikan – (Indonesia)

·            Paralelisme:
Nothing ventured, nothing gained - (Inggris)
Tak kenal, maka tak sayang - (Indonesia)

·            Rhyme (Irama):
When the cat is away, the mice will play – (Ingrris)
Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah – (Indonesia)

·            Assonansi (pengulangan vokal) seperti peribahasa dari suku Oromo di Ethiopia:
  • kan mana baala, a’laa gaala
“daun ada di rumah, tetapi unta ada di mana – mana”
Maknanya: seseorang yang punya reputasi besar diantara  mereka tetapi tidak dikenal oleh orang disekitarnya.

Peribahasa bisa ditemukan di berbagai bagian dunia, tetapi daerah yang mempunyai banyak peribahasa adalah Afrika Barat, sementara daerah yang mempunyai sedikit peribahasa adalah Amerika Utara dan Amerika Selatan (Mieder 2004: 108,109)
Peribahasa juga bisa ditemukan dalam satu rumpun bahasa dan ajaran agama. Contoh:

“No flies enter a mouth that is shut”
“Tak ada lalat masuk ke mulut yang bungkam”

Peribahasa ini bisa ditemukan di Spanyol, Ethiopia, dan beberapa negara disekitarnya. Oleh masyarakat sekitarnya peribahasa ini diyakini sebagai suatu kebenaran maka bisa disebarkan disekitarnya. Meskipun peribahasa ada banyak dimana – mana akan tetapi itu bisa dilacak kembali pada peribahasa Babylonia kuno (Pritchard, 1958:146).
Peribahasa digunakan para pembicara untuk berbagai macam tujuan. Kadang – kadang mereka digunakan sebagai cara mengatakan sesuatu dengan sopan dan santun secara tidak langsung  (Obeng 1996). Tujuan lainnya digunakan bila membicarakan sesuatu yang lebih berat dalam diskusi. Orang  menggunakan peribahasa untuk suasana percakapan lebih menarik dan tidak menjemukan. Di beberapa negara peribahasa biasa digunakan oleh pembicara – pembicara yang handal.
Study tentang peribahasa telah diterapkan dalam berbagai bidang. Tegasnya, mereka yang belajar cerita rakyat dan sastra akan tertarik dalam peribahasa dan banyak ahli menggunakan study peribahasa untuk memahami pikiran abstrak pada anak – anak, akultursai imgran, inteligensia, dan memahami proses mental dari orang – orang sakit jiwa dengan tema – tema budaya. Peribahasa sangat strategis bagi para pekerja sosial, guru, para pengkhotbah, penceramah bahkan para politisi. (Peribahasa sebagai alat propaganda oleh Nazi, lihat Mieder 1982).
Dalam kaitannya Membangun Karakter Bangsa, buku ini  akan memberikan contoh berbagai peribahasa dari berbagai sudut dan penjelasannya dengan tujuan untuk membangun karakater moral bangsa agar lebih baik dan bisa sebagai obat untuk mengobati segala permasalahan kehidupan sehari – hari.
Perspektif atau sudut pandang ini berdasarkan:
·       sosial budaya nusantara (Indonesia)
·       budaya Jawa, budaya Melayu, budaya lain di nusantara
·       agama di nusantara
·       kebiasaan hidup masyarakat pedalaman di nusantara

Satu kebanggaan bagi bangsa nusantara (Indonesia) bila mereka mengetahui bahwa seni musik gamelan digunakan untuk terapi mental bagi para narapidana di Inggris, sumber dari koran The Jakarta Post tahun 2005. Ketika dikonfirmasi petugas penjara menjelaskan bahwa seni musik gamelan traditional Jawa menggunakan keselarasan dalam memukulnya sehingga ritme musiknya dapat menjadi obat atau terapi mental bagi para narapida yang sudah masuk dalam rehabilitation institution (Lembaga Pemasyarakatan).
Dalam salah satu study kasus, bahwa memberikan nasihat kepada seseorang melalui budaya atau bahasa asli orang yang dinasihati ternyata lebih mengena / berhasil dari pada menasihati dengan menggunakan bahasa formal (resmi).
Suatu ketika, ada seorang pimpinan marah bukan main atas kesalahan anak buahnya, dengan keras dan membentak – bentak pimpinan itu memarahi anak buahnya. Namun anak buahnya bukan malah taat atau patuh kepada pimpinannya, sebaliknya malah menentang habis – habisan kepada pimpinannya. Beberapa hari kemudian pimpinannya minta tolong kepada seseorang untuk memberikan nasihat kepada anak buahnya itu. Karena sipemberi nasihat bijak maka dia mencari tahu siapa yang akan dinasihati (asal daerah, bahasa asli daerah anak buah itu) dengan berbekal bahasa dan budaya asli anak buah itu maka sipenasihat datang mengajak bicara dengan bahasa asli anak buah tersebut dan ternyata mujarab. Anak buah yang tadinya beringas dan penentang menjadi patuh dan penurut. (Lokasi: Palangkaraya - Kalimantan Tengah, Pimpinan keturunan Cina, anak buah keturunan Jawa). Dari Observasi mental dan tingkah laku – Psikonalisis dilakukan oleh penulis buku ini.

Dikutip dari:
KOREKSI KEHIDUPAN melalui
BUDI PEKERTI LUHUR DALAM PERIBAHASA
       Self – Reflection through Glorious Moral Values of Proverbs
Copyright by KISS – August  2010